Floating Image
Floating Image
Sabtu, 5 Juli 2025

Matematika: Pelajaran yang Membuat Takut, Tapi Juga Menentukan Siapa yang Dianggap Pintar


Oleh Alifa Fajri
05 Juli 2025
tentang Pendidikan
Matematika: Pelajaran yang Membuat Takut, Tapi Juga Menentukan Siapa yang Dianggap Pintar - Sport Jabar

Sadar atau tidak, matematika telah menjadi semacam "penentu kasta" intelektual di kelas.

209 views

SPIRITKITA.ID - Di banyak sekolah, dari tingkat SD hingga SMA, pelajaran matematika masih menjadi momok yang menakutkan. Bukan karena rumusnya yang rumit semata, tapi karena tekanan yang menyertainya dari sistem pendidikan, harapan orang tua, bahkan dari guru itu sendiri.

Di sebuah kelas di pinggiran kota, bel sekolah berbunyi nyaring. Saat guru matematika masuk, beberapa siswa tiba-tiba izin ke toilet. Ada juga yang mendadak merasa pusing, sakit perut, bahkan mengantuk. Ini bukan hal baru. Sebab bagi banyak siswa, jam pelajaran matematika bukan sekadar waktu belajar, tapi waktu yang menegangkan. Dan bila rasa tegang sudah merasuk, dijamin selama pelajaran matematika harapannya baik-baik saja.

“Kalau sudah matematika, saya sering pura-pura sakit. Terus gurunya galak, kalau kita nggak bisa jawab, dimarahin di depan kelas.”kata Rina, siswi kelas VIII, dengan nada malu.

Banyak siswa yang merasakan hal serupa. Guru yang mengajar dengan cara cepat (kilat), tidak sabar menjelaskan ulang, bahkan kadang mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan ketika murid tidak bisa menjawab soal. Ini membuat siswa tidak hanya sulit memahami pelajaran, tetapi juga semakin takut untuk mencoba. Matematika pun berubah menjadi pelajaran yang bukan hanya sulit, tapi juga menyakitkan secara mental dan emosional.


Baterai / Battery Hannochs Alkaline AA/A2 - 2 Pcs (Paket 3 PACK). Beli disini :
https://tk.tokopedia.com/ZSBBDbYqV/
**************************************


Antara Takut dan Takjub: Matematika dan Status Sosial di Kelas
Di sisi lain, ada siswa yang justru sangat mahir dalam pelajaran ini. Mereka yang bisa menjawab soal matematika dengan cepat, mampu menyelesaikan soal-soal cerita tanpa kesulitan, sering mendapat cap: “pintar”, “jenius”, bahkan “calon juara kelas”.

“Kalau kamu jago matematika, pasti masuk tiga besar ranking,” ujar Aldi, siswa SMA yang dikenal pandai berhitung. “Kadang sih jadi beban juga. Tapi ya itu, guru dan teman-teman sering bilang kamu pintar cuma gara-gara nilai matematikamu tinggi.” tambahnya.


Tolak Angin Cair + Madu untuk Masuk Angin - 15ml (5 Sachet). Beli dibawah Ini :
https://tokopedia.link/tMHOWcg2JUb
***************************************

Sadar atau tidak, matematika telah menjadi semacam "penentu kasta" intelektual di kelas. Nilai tinggi dalam matematika sering dianggap sebagai tanda utama kepintaran, sementara nilai rendah dianggap sebagai kegagalan, bahkan kadang jadi bahan olokan. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu. Banyak siswa yang unggul dalam seni, menulis, olahraga, atau ilmu sosial, tetapi karena nilai matematikanya tidak menonjol, mereka kerap dianggap “biasa saja”.

Apakah Harus Selalu Seperti Ini?
Kita harus bertanya ulang: apakah sistem dan cara pandang seperti ini adil? Matematika adalah ilmu penting, ya. Tapi bukan satu-satunya tolak ukur kecerdasan. Pelajaran ini seharusnya bisa diajarkan dengan cara yang lebih manusiawi dan menyenangkan. Tidak melulu soal kecepatan, tetapi juga soal pemahaman, logika, dan kreativitas.

Tren-D-rugs karpet keset kaki polos dapur panjang anti slip 50x120 NMs - Beige
https://tk.tokopedia.com/ZSBknVxBp/
***************************************

Sudah banyak guru inovatif yang mengubah cara mengajar matematika. Mereka menggunakan cerita, permainan, bahkan proyek nyata yang melibatkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya, siswa tidak hanya belajar lebih mudah, tapi juga lebih senang. Imbasnya Matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menyeramkan.

“Kita harus membuat matematika terasa seperti permainan logika, bukan momok yang menyeramkan,” kata Ibu Sari, seorang guru matematika kreatif dari SMA di Kota Bandung.

Harapan untuk Masa Depan
Sudah saatnya pendidikan kita berubah. Sudah waktunya siswa belajar tanpa rasa takut, dan guru hadir bukan sebagai pengadil, tetapi sebagai pemandu. Jika kita ingin mencetak generasi cerdas dan berani, maka kita harus mulai dari menghapus rasa takut pada matematika.

Bagi Rina, Aldi, dan ribuan siswa lainnya, matematika bukan harus menjadi musuh. Tapi menjadi jembatan logika, pemecahan masalah, dan keberanian berpikir.

Dan bagi kita semua guru, orang tua, dan masyarakat—tugas kita bukan hanya mendorong anak pintar dalam angka, tapi juga menumbuhkan semangat belajar yang sehat dan manusiawi.

Baca Juga : Para Pekerja harus Punya Soft Skill, Ini Alasannya

Baca Juga : 
Kata Pengamat Ini Langkah Tepat Pendidikan Etika Media Sosial

(*)

Matematika: Pelajaran yang Membuat Takut, Tapi Juga Menentukan Siapa yang Dianggap Pintar - Sport Jabar

Jas Hujan simpel dan elegan

Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Pendidikan