SPIRITKITA.ID - Sosok Ara Komara, pria kelahiran 1953, dikenal sebagai tokoh layang-layang yang mewarnai perjalanan kerajinan khas Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Ia menyambut gembira rencana Festival Layang-Layang dengan tema
Kita Bisa Terbang yang akan digelar pada 13–16 Agustus 2025, di lapangan RW 02, Dusun 1.
Dalam perbincangan bersama redaksi spiritkita.id, dan panitia festival, Ara mengungkapkan suka duka perjuangannya sebagai perajin layang-layang yang dimulai puluhan tahun lalu.
Awal Perjalanan dari Jalan BimaAra mengenang masa mudanya ketika masih tinggal di Jalan Bima, Kota Bandung. Di sanalah ia pertama kali melihat temannya membuat layang-layang. Rasa penasaran berubah menjadi ketertarikan mendalam, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menekuni bidang tersebut secara serius.
“Awalnya hanya lihat teman, tapi makin ke sini jadi kepincut dan terus ngulik cara bikin layangan,” ujarnya, Minggu, 27 Juli 2025.
Namun perjalanan hidup tidak selalu mulus. Dan pada akhirnya, Ara memilih kembali ke kampung halamannya di Cisalak, Desa Tanjungwangi. Di sana, Ara memulai kembali dari nol membuat layang-layang dengan modal sendiri.
Bangkit dari KehilanganKesuksesan mulai ia raih bersama sejumlah pekerja lokal. Namun cobaan berat datang saat sang istri tercinta meninggal dunia, yang membuat semangat hidupnya sempat redup.
“Bapak sempat drop waktu istri meninggal. Tapi alhamdulillah, pelan-pelan semangat datang lagi,” katanya lirih.
Kini, banyak orang yang pernah belajar darinya sudah mencapai keberhasilan masing-masing. Tapi Ara merasa tidak banyak yang kembali menyapa atau mengingatnya.
“Banyak anak-anak yang dulu kerja sama bapak sekarang sukses. Bapak cuma pengen ada reuni, biar silaturahmi tetap terjaga,” ucapnya penuh harap.
Harapan untuk PemerintahSebagai tokoh yang telah lama berjuang di bidang ini, Ara berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para perajin layang-layang. Ia mengungkapkan karena usia yang makin senja, Ia hanya bisa produksi 500 layang-layang dalam seminggu yang dikerjakan sendiri. Bahkan produksinya sudah diekspor ke luar negeri, yakni Belanda.
“Mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah buat kami yang dari dulu bikin layang-layang,. Tergantung pemerintah ada perhatian terimakasih tidak juga tidak apa-apa. Gimana rejekinya bapak aja,” ucapnya.
Ara bersyukur karena dalam Festival Layang-Layang Tanjungwangi tahun ini, dirinya akan diangkat sebagai ikon layang-layang desa. Ia menyampaikan terima kasih atas penghargaan tersebut dan mendoakan kelancaran acara.
“Terima kasih sudah mengakui bapak. Semoga acaranya lancar dan sukses,” tutupnya.
INFO PROFIL TOKOHNama: Ara Komara
Lahir: 1953
Asal: Cisalak, Desa Tanjungwangi
Profesi: Perajin dan ikon layang-layang
Anak : lima
Baca Juga : Festival Layang-Layang Desa Tanjungwangi Siap Digelar, Angkat Sentra Kerajinan Warga Lokal
Baca Juga : Serumpun Remaja Hadir Untuk Anak Muda Kabupaten Bandung Barat
(*)