SPIRITKITA.ID - Pandangan kepada santri yang terbelakang, kolot dan jadul, harus segera dihapus. Pandangan tersebut sudah tidak reevan lagi dengan keadaan santri sekarang.
Justru sebaliknya di era milineal seperti sekarang, santri telah membuktikan kelasnya sebagai anak bangsa yang berprestasi dan berperan terhadap pembangunan bangsa dan Tanah Air.
Santri di jaman now, tidak melulu melahap kitab kuning atau sejenisnya, santri kekinian sudah melek teknologi, mengikuti perkembangan global tapi tidak menjadi korban kemajuan jaman. Hal ini dikatakan oleh seorang santriwati bernama Siti Khafiatul Khulasoh.
Dikatakannnya di era globalisasi seperti sekarang, peran santri cukup krusial, santri harus menjadi garda terdepan dalam mengawal pembangunan bangsa terutama dari segi moral.
“Santri tidak hanya mengenal kitab kuning saja tapi harus melek teknologi. Apalagi di era modern saat ini semua serba instan serba teknologi. Santri harus mengikuti jaman tapi bukan berarti terbawa arus jaman,” katanya pada Redaksi.
Dara yang biasa disapa Khulasoh ini menegaskan, seorang santri harus bijak dalam segala hal terutama di bidang teknologi dan informasi. Media sosial yang sudah menjadi kebutuhan pokok, terkadang menjadi sumber malapetaka berupa degradasi moral dimana informasi yang masuk tidak sesuai dengan etika dan moral ketimuran apalagi jika dihubungkan dengan agama Islam. Karena itu, dalam hal ini santri harus bisa menjadi filter untuk menangkal sesuatu yang negatif.
Dilain sisi, mengomentari anggapan santri membosankan bahkan tidak bisa bersaing, Khulaso dengan tegas menjawab tidak benar. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa santri di era milineal sekarang lebih maju dan terbuka, lebih disiplin. Bahkan dirinya dengan lantang berani diadu tentang disiplin dan mandiri dibanding dengan insan biasa yang bukan santri. Kemandirian dan disipilin santri tak perlu diragukan lagi. Salah satu contohnya adalah bangun pagi. Seorang santri harus disiplin karena jam bangun biasanya sudah ditentukan berbeda dengan yang bukan santri.
“Seorang santri bangun sebelum pagi menyapa, bangun sebelum berjalannya aktifitas kebanyakan orang. Dari segi mandiri, santri tentu saja mandiri. Jauh dari kedua orangtua, hidup di daerah orang, hidup diantara orang – orang yang berbeda pemikiran yang saling mempertahankan keegoisan,”tandasnya.
Dari fakta di atas, Khulasoh menilai santri dapat menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Dari segi pengetahuan tak hanya paham tapi juga diamalkan. Menurutnya santri adalah orang yang siap menghadapi tantangan kehidupan karena punya pondasi kuat yakni agama. Sumber kesiapan seorang santri tiada lain dari buku-buku ilmuwan Islam yang menjadi inspirasi untuk menjadi orang yang kuat dan tangguh.
“Jika ditanya sejarah banyak kitab yang menjelaskan tentang sejarah dalam ilmu pengetahuan kedokteran. Apakah anda kenal pada ulama Islam
yang bernama Ibnu Sina? Dalam ilmu hukum, perdagangan dan pemilaham hak – hak bukankah dalam Al-Quran dijelaskan dan dikuatkan oleh hadist dan berbagai kitab kuning sumber itulah yang menjadi acuan para santri,” urai mojang yang bercita – cita menjadi guru ini.
Sebab itu, pandangan bahwa santri ketingalan jaman adalah pandangan kuno dan tidak didasari fakta yang ada. Khulasoh yakin kedepan santri akan semakin dibutuhkan dan
punya peran strategis dalam ikut mengawal kemajuan ibu pertiwi tercinta. Untuk itu ia berharap, fasilitas dan kebutuhan santri di Indonesia mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun pemimpin lainnya agar santri semakin berdaya dan efektif.
“Untuk santrinya dan pondok pesantrennya lebih diperhatikan difasilitasi dan diprioritaskan,” harapnya mengakhiri.