SPIRITKITA.ID - Indonesia negeri kepulauan yang luas, hampir 300 juta penduduk, kaya akan sumber daya alam, budaya, dan sejarah perjuangan. Tapi belakangan, banyak dari kita merasa seperti sedang hidup di negeri yang kehilangan arah. Ibarat kapal besar, tapi layar dan kemudinya seperti tak jelas ke mana diarahkan.
Apa yang sedang terjadi dengan Indonesia?
Mari kita coba lihat melalui satu pendekatan reflektif: CPT yakni Cermin Problematika Terstruktur. Sebuah cermin yang memantulkan persoalan-persoalan mendalam bangsa ini, bukan sekadar kabar viral atau obrolan media sosial.
1. Kaya, Tapi Rakyatnya Merasa Miskin
Sumber daya alam kita melimpah. Gunung-gunung emas, lautan luas, tanah yang subur. Tapi kenapa harga beras terus naik? Kenapa rakyat kesulitan mendapat pekerjaan yang layak? Kenapa anak muda yang lulus kuliah masih harus bersaing keras demi UMR?
Jawabannya sering kali satu: ketimpangan. Akses atas kekayaan negeri ini lebih banyak dinikmati oleh segelintir elite dan korporasi besar. Sementara itu, rakyat hanya jadi penonton. Bahkan di banyak kasus, jadi korban.
2. Politik yang Membelah, Bukan Merangkul
Dulu politik adalah alat memperjuangkan kepentingan rakyat. Kini, politik sering menjadi alat untuk saling menjatuhkan, bahkan antar anak bangsa sendiri. Satu isu kecil bisa meledak jadi perang kubu. Beda pilihan bisa berujung pada putusnya persaudaraan.
Isu-isu SARA dan identitas terus dipolitisasi. Yang rugi siapa? Ya, rakyat sendiri. Energi bangsa terkuras untuk konflik horizontal, bukan untuk menyatukan kekuatan demi kemajuan.
3. Ekonomi yang Tak Menyapa Semua
PHK besar-besaran. Lapangan kerja yang makin sempit. UMKM yang terseok tanpa sokongan kuat. Daya beli menurun, sementara harga kebutuhan pokok terus melambung.
Pemerintah memang punya program bantuan. Tapi benarkah program itu menjangkau seluruh lapisan rakyat? Banyak yang merasa kebijakan ekonomi lebih menguntungkan investor besar ketimbang pedagang kecil, petani, atau nelayan.
4. Hukum Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas
Kita sering mendengar istilah ini. Sayangnya, itu bukan sekadar kiasan. Kasus ijazah palsu bisa ditutupi, kasus korupsi bisa dibekukan, tapi pelanggaran kecil rakyat biasa cepat dihukum. Kepercayaan publik terhadap sistem hukum terus merosot. Dan ketika hukum tak dipercaya, negara pun jadi rapuh.
5. Arah Visi yang Mengabur
Pertanyaan yang muncul: “Kita mau ke mana sebagai bangsa?”
Pembangunan fisik memang masif. Tapi apakah cukup hanya dengan membangun infrastruktur tanpa membangun manusia? Tanpa membangun kesadaran kebangsaan, semangat gotong royong, dan nilai-nilai kejujuran?
Saatnya Refleksi dan Rekonstruksi
Melalui CPT ini, kita sadar: masalah bangsa ini bukan hanya soal satu kebijakan atau satu rezim. Tapi soal struktur, soal sistem, soal cara berpikir yang perlu dibenahi bersama.
🔹 Kita butuh pemimpin yang jujur dan berani.
🔹 Kita butuh kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
🔹 Kita butuh narasi persatuan yang lebih kuat daripada narasi konflik.
Dan yang paling penting: kita butuh keberanian untuk berubah.
Penutup: Indonesia Masih Bisa
Jangan pernah lupakan bahwa kita ini bangsa pejuang. Kita pernah mengusir penjajah, melawan krisis, dan bangkit berkali-kali. Sekarang pun bisa. Tapi hanya jika kita sadar dan bersatu.
Mari bercermin. Bukan untuk menyesali. Tapi untuk memperbaiki.
Bisa beli satuan cocok buat kamu yang butuh ganti charger atau headset ✅ Bisa beli dalam jumlah banyak khusus buat kamu yang punya konter, online shop, atau mau mulai usaha sendiri.