Floating Image
Floating Image
Jumat, 6 Juni 2025

Kucing, Aura Negatif, dan Energi Gaib: Mitos atau Kenyataan?


Oleh Alifa Fajri
04 Juni 2025
tentang Warna Warni
Kucing, Aura Negatif, dan Energi Gaib: Mitos atau Kenyataan? - Sport Jabar

kucing hadir untuk mengisi hati kita dengan rasa hangat, tawa, dan—jika kamu mempercayainya—ketenangan spiritual.

460 views

SPIRITKITA.ID - Kucing selalu punya daya tarik luar biasa di mata manusia. Bulu halusnya yag warna warni dibarengi dengan tingkah lakunya yang penuh keanggunan, serta tatapannya yang terkadang meneduhkan, membuat banyak orang memeliharanya sebagai sahabat sejati di rumah. Namun, selain dikenal sebagai hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan, kucing juga kerap dihubungkan dengan hal-hal mistis dan mitos yang beragam.

 Tulisan berikut akan mengupas tuntas sisi ganda kucing: mengapa ia begitu dicintai, sekaligus kerap dipandang “menakutkan” atau penuh aura gaib, termasuk berbagai kepercayaan tentang kemampuan kucing menyerap aura negatif, hingga mitos rezeki dari bulu-bulu khasnya.

Bukti arkeologis menunjukkan kucing sudah didekati manusia sejak ribuan tahun lalu, khususnya di Mesir Kuno, sebagai penjaga lumbung dari hama tikus. Dari Mesir, reputasi kucing menebar hingga ke wilayah Romawi, Yunani, dan Nusantara menjadi hewan yang dihormati sekaligus dipelihara untuk menekan populasi tikus dan ular.

Kucing dalam Kultur Islam

Dalam tradisi Islam, kucing mendapat penghormatan istimewa. Nabi Muhammad SAW disebut sangat menyayangi kucing, terutama kucingnya yang bernama Muezza (sering disebut “Moiza”).

Kisah populer:nya adalah saat Nabi hendak menunaikan salat, Muezza sedang tertidur di bahu beliau; daripada mengusir, beliau justru memotong potongan jubahnya agar tidak membangunkan Muezza.

Selain itu, kucing dianggap hewan yang suci (tidak najis) dan layak dirawat. Air bekas minum kucing pun tidak dianggap najis, menjelaskan betapa Rasulullah menghormati kebersihan kucing.

Peran Kucing di Setiap Rumah

Kucing kerap berperan sebagai “penyejuk” di lingkungan rumah: keluguannya, cara ia berinteraksi seperti minta dielus, bermain benang, atau sekadar tidur manis, membawa keceriaan tersendiri.

Dalam banyak survey (baik online ataupun wawancara dengan pemilik hewan), kucing disebut membantu menurunkan stres dan rasa kesepian. Kehadiran kucing kadang menjadi “penawar” kepenatan sehari-hari.

Sisi Mistis dan Mitos: Kenapa Kucing Dianggap “Menakutkan”?

1. akar Sejarah di Barat dan Pengaruh “Pemburuan Penyihir”

Pada Abad Pertengahan di Eropa, terutama saat kotoran dan kelalaian dalam sanitasi membuat wabah penyakit muncul, kucing hitam (katena kadang sulit dibedakan di malam hari) sering dianggap sebagai pengangkut setan atau teman para penyihir.

Mitos-mitos itu diperparah oleh kepanikan massal di kalangan masyarakat: tuduhan kucing sebagai perantara antara penyihir dan dunia jin, lalu kucing dibunuh massal padahal kehadirannya justru mengurangi populasi tikus pemicu penyakit.

Dari sana lahir stereotip “kucing hitam membawa sial” yang masih banyak diceritakan ulang dalam budaya populer hingga sekarang, film horor, novel, dan kisah rakyat.

2. Tatapan Misterius dan Kebiasaan Malam Hari

Secara biologis, kucing adalah hewan krepuskular, aktif pada senja dan pagi-pagi sekali, serta bisa sangat gesit di malam hari. Mata kucing yang mampu memantulkan cahaya di gelap (karena tapetum lucidum) membuat tatapannya memancarkan kilauan misterius kala lampu redup atau malam pekat. Bagi banyak orang, ini terasa seram.

Suara mendesis, lompatan tiba-tiba, atau saat kucing menatap ke satu sudut kosong (padahal tak terlihat apa pun) kerap ditafsirkan sebagai “lihat makhluk gaib” atau “indra keenam” kucing yang peka dengan aura halus padahal bisa jadi ia hanya merespons suara lembut tikus di plafon atau memerhatikan bayangan objek yang kita tidak perhatikan.

3. Kucing dalam Perspektif Mistis Asia Tenggara

Di beberapa daerah di Indonesia, kucing hitam sering dihubungkan dengan kesialan atau pertanda kepulangan seseorang ke alam baka (contoh: ketika sosok kucing hitam terlihat di dekat rumah saat malam, dikaitkan dengan adanya makhluk halus yang berkeliaran).

Sebaliknya, ada pula kepercayaan bahwa kucing khususnya yang hitam dapat mengusir roh-roh jahat, jika diletakkan di sudut tertentu di rumah. Inilah sisi paradoks yang membuat kucing di satu pihak disayang, di pihak lain dikhawatirkan.

3. Kemampuan “Menyerap” Aura Negatif: Fakta atau Fiksi?

1. Asal-Turunnya Keyakinan

Banyak pemeluk kepercayaan tradisional atau spiritual tertentu percaya bahwa kucing memiliki indra keenam untuk merasakan energi halus, entah yang positif ataupun negatif. Ketika kucing tiba-tiba tampak gelisah, tidur berlebihan, atau tiba-tiba lari menjauh, sering dianggap ia merasakan gangguan jin, setan, atau energi buruk yang mengintai di sekitarnya.

2. Data Ilmiah: Kucing dan Persepsi Lingkungan

Secara ilmiah, kucing memiliki indra pendengaran, penglihatan, dan penciuman yang jauh lebih tajam dibanding manusia. Ia bisa mendengar suara ultrasonik tikus atau mencium jejak halus yang tidak terdeteksi manusia.

Aura negatif yang dirasakan kucing sejatinya bisa berupa hal-hal fisik yang kita tidak sengaja abaikan, misalnya bau gas bocor, getaran halus akibat pipa yang bocor, atau kehadiran hewan pengerat di dalam dinding.

Dengan kata lain, kucing sering dipuji peka dengan hal-hal halus karena responnya yang cepat terhadap rangsangan fisik yang tidak kita sadari—bukan karena benar-benar menyerap makhluk halus.

3. Manfaat Keyakinan Spiritual

Bagi beberapa orang yang memercayai kucing sebagai penangkal aura negatif, kehadiran kucing nyata memberikan rasa tenang dan aman. Ini mirip seperti fenomema placebo: ketika kita percaya suatu benda/hewan dapat melindungi kita, secara psikologis kita merasa lebih rileks.

Rileksasi ini (dampak psikologis) kemudian menimbulkan perasaan aman yang terasa “nyata,” walaupun tidak selalu berhubungan dengan kekuatan metafisik kucing. Jadi, meski kucing mungkin tidak benar-benar menyerap energi gaib, kepercayaan itu sendiri punya efek positif pada kesejahteraan psikologis pemilik.

Mitos dan Keberuntungan: Bulu Tiga Warna hingga Kucing Kahalangan

1. Lucky Cat di Jepang dan Keberuntungan Finansial

Di Jepang, kucing berpose mengangkat satu kaki—dikenal dengan istilah Maneki-neko—dianggap membawa keberuntungan dan rezeki. Patung kecil Maneki-neko banyak dijual di toko, rumah, bahkan restoran.

Warna bulu Maneki-neko juga bermakna:

Putih = keberuntungan secara umum

Hitam = mengusir roh jahat, memberikan perlindungan

Emas = keberuntungan finansial

Hijau = pendidikan dan kesehatan

2. Bulu Tiga Warna (Calico/Tortoiseshell) dan Keberuntungan di Berbagai Budaya

Kucing dengan bulu tiga warna (biasanya putih, oranye, dan hitam)—dikenal sebagai calico (di Barat) atau kucing batik (di Indonesia)—kerap dianggap sangat istimewa.

Di banyak kebudayaan Asia (termasuk sebagian masyarakat Indonesia), calico diyakini membawa rezeki bagi pemilik, terutama para perempuan. Sebab, sekitar 99,9% kucing ber-bulu tiga warna adalah betina (kecuali dalam kasus kelainan genetik langka). Karena itulah, kucing betina calico dianggap “langka dan istimewa.”

Ada pula yang percaya: jika kucing calico datang ke rumah, maka suatu berkah atau keberuntungan akan singgah—misalnya rezeki daripada usaha, keberuntungan dalam pernikahan, atau keselamatan bagi anggota keluarga.

3. Kucing Kahalangan: Pertanda Buruk dan Ritual Penghindarannya

Dalam kepercayaan Jawa tradisional, ada istilah “kucing kahalangan” (kucing yang tersesat datang menghampiri rumah). Konon, jika kucing kahalangan beberapa kali datang, bisa menjadi pertanda ada tamu gaib (m-buton) yang ingin mendatangi rumah itu.

Untuk menanggulanginya, masyarakat di beberapa daerah akan membaca doa-doa tertentu (termasuk wirid atau ayat-ayat perlindungan) dan menyalakan lampu minyak di sudut rumah untuk menerangi dan menjauhkan makhluk halus.

Walaupun belum ada data ilmiah yang bisa memverifikasi, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya—karena bagi banyak orang, tindakan preventif lebih baik daripada mengabaikan firasat.

5. Sisi Ilmiah: Mengapa Kucing Bisa Tampak “Mistis”?

1. Indera Kucing yang Super-Tajam

Pendengaran: Kucing mampu mendengar frekuensi ultrasonik (20 kHz hingga 65 kHz), jauh di atas batas pendengaran manusia (20 Hz hingga 20 kHz). Inilah sebabnya kucing bisa merespons suara tikus, serangga, atau sumber suara halus lain yang tak kita sadari. Bagi telinga manusia, suara itu tak ada seakan kucing melihat sesuatu yang tak terlihat.

Penglihatan Malam: Struktur mata kucing (tapetum lucidum) memantulkan cahaya, sehingga mereka seolah bisa bercahaya di gelap. Ini memunculkan kesan mata setan dalam kegelapan bagi beberapa orang.

Penciuman: Kucing punya indra penciuman sekitar 14 kali lebih tajam daripada manusia. Mereka bisa membedakan aroma halus, seperti residu makanan basi, bahan kimia, atau jejak induk tikus yang berjalan di atap rumah.

2. Bahasa Tubuh yang Terselubung

Kucing jarang berbicara dengan suara nyaring. Ia lebih banyak berkomunikasi lewat tatapan, posisi tubuh (ekor, kepala, telinga), hingga gerakan halus yang kadang luput dari perhatian kita.

Ketika kucing tiba-tiba mematung, menatap langit-langit, atau “mengintip ke sudut yang kosong,” kita sering menafsirkannya sebagai “ia sedang melihat makhluk gaib,” padahal bisa jadi ia hanya menunggu bunyi lantai retak, mendengar hembusan angin, atau mencium bau halus yang kita tak sadari.

3. Reaksi Pengamat: Self-Fulfilling Prophecy

Saat seseorang sudah merasa kucing ini mistis, ia cenderung lebih memperhatikan setiap gerak-gerik kucing dengan kacamata ketakutan atau misteri.

Jika kucing betul-betul bersikap normal—misalnya berjalan pelan di koridor orang yang punya prasangka mistis akan menganggapnya mengendap-endap mengejar roh halus tadi. Ini menjadi siklus: kita mencari tanda-tanda mistis, lalu menafsirkan hal biasa sebagai sesuatu yang gaib.

Dengan kata lain, pandangan kucing sebagai makhluk mistis sering kali diperkuat oleh prasangka kita sendiri, bukan kucingnya.

6. Perspektif Spiritual dan Psikologis: Kenapa Kita Memerlukan “Penjaga Aura”?

1. Kebutuhan Manusia akan Perlindungan

Secara psikologis, banyak orang merasakan kecemasan akan hal-hal yang sulit dijelaskan: suara aneh di malam hari, bayangan samar di sudut kamar, atau guncangan ringan di dinding.

Dalam kondisi cemas seperti itu, kehadiran kucing yang peduli (menyisir punggung kita saat tidur, mendengkur menenangkan, mengoleskan tubuhnya ke kaki kita) memberi rasa aman.

Meskipun aura negatif atau makhluk halus belum tentu ada, kepercayaan bahwa kucing bisa “menangkal” membuat pemiliknya merasa terlindungi—efeknya setara dengan memegang jimat, berdzikir, atau menaruh air kemenyan di sudut rumah.

2. Dampak Emosional Positif (Efek Placebo)

Saat kita percaya kucing melindungi rumah, kita lebih tenang, tidur lebih nyenyak, dan merasa lebih aman saat sendirian di malam hari. Rutin merawat kucing dengan memberi makan, bermain, membersihkan kotak pasir membuat kita fokus pada hal positif, mengalihkan pikiran dari rasa takut.

Studi psikologi hewan peliharaan menunjukkan bahwa interaksi dengan binatang bisa menurunkan hormon stres (kortisol) dan meningkatkan hormon kebahagiaan (oksitosin). Jadi, kucing memang punya peran sebagai terapi.

3. Ziarah dan Ruqyah: Menjaga Rumah Tetap Sehat Secara Spiritual

Bagi keluarga yang memercayai dimensi gaib, merawat kucing sambil membaca ayat-ayat perlindungan dapat menjadi ritual yang menyenangkan sekaligus menenangkan. Kucing menjadi “penerima” bacaan dzikir yang kemudian menabarkannya ke sudut-sudut rumah. Dengan begitu, aspek spiritual dan psikologis bersinergi: kita merasa protected (secara spiritual), sekaligus memupuk kedekatan emosional dengan hewan kesayangan.

7. Bulu Kucing Berwarna Khas: Tanda Keberuntungan atau Sekadar Keindahan Alam?

1. Calico (Tiga Warna) dan Pecahan Mitos

Seperti sudah disinggung, kucing calico (tiga warna—biasanya putih, oranye/kuning, dan hitam) dianggap “lucky cat” alami oleh banyak orang di Asia. Secara genetis, hampir semua calico adalah betina karena pewarisan warna bulu kucing ditentukan kromosom X. Bulu oranye misalnya berada pada kromosom X, sehingga untuk memiliki tiga warna, kucing perlu dua kromosom X (betina).

Mitos: “Jika kucing calico memasuki rumah, rezeki di pintu akan terbuka.” Pada kenyataannya, kunjungan kucing calico lebih berkaitan dengan kebetulan lingkungan (mungkin kebetulan ada induk kucing yang lewat) daripada “tanda surgawi.” Namun, kepercayaan ini tetap memunculkan aura positif bagi pemiliknya.

2. Siamese, Persia, dan Tipe Bulu Lain yang Diburu

Beberapa ras kucing berbulu halus dan eksotis (misalnya Persia, Siamese, atau Maine Coon) sering dikaitkan dengan status sosial tinggi karena harganya yang lebih mahal dan perawatannya yang rumit.

Bulu jenis ini juga dipercaya membawa energi positif karena bulunya yang lembut, ketika disisir dan disentuh, memberi sensasi kedamaian. Masyarakat yang menghargai feng-shui kerap menaruh matras khusus atau bantal kecil berisi bulu lembut di sudut rumah agar “energi Chi” tetap mengalir.

3. Bulu Putih Murni: Simbol Kesucian atau Keresahan?

Kucing berbulu putih murni kadang dihubungkan dengan kesucian (di beberapa budaya). Namun, di belahan dunia lain, mereka kerap dianggap pembawa pertanda kematian atau roh leluhur yang kembali.

Contoh: Di beberapa daerah di Inggris abad pertengahan, kucing putih yang sering terlihat di dekat rumah sakit (yang kala itu bak diselimuti wabah) kerap dianggap “penghantar” bencana. Padahal, kucing justru menjaga rumah dari tikus—tulang punggung korban wabah—namun terbalik maknanya oleh prasangka.

8. Mengapa Kita Masih Terpesona dan Takut pada Kucing hingga Kini?

1. Daya Tarik Misterius yang Membuat Hati Tertambat dan Terkicil Rasa Cemas

Keluguan kucing (mengeong halus, mengejar bayangan, tiduran sambil mengangkat perut) memancing perasaan hangat dan lucu; di sisi lain, gerak-geriknya yang tiba-tiba dan tatapannya yang intens menimbulkan rasa penasaran—mengapa ia bisa begitu sigap? Dua rasa ini (cinta dan takut) hidup berdampingan, menciptakan aura ambivalen yang makin memperkaya narasi kucing di setiap kebudayaan.

2. Kucing sebagai Cerminan Kebutuhan Manusia: Interaksi dan Persepsi

Kucing mencerminkan aspek mandiri manusia, ia bisa tiba-tiba memutuskan untuk berinteraksi, atau malah mengabaikan kita. Situasi inilah yang membuat kita merasa kucing seperti manusia yang tak terduga dan menambah sensasi misterius.

Saat kita bosan, kucing bisa jadi hiburan instan; saat kita sedang dilanda kesedihan, kucing tiba-tiba menggesekkan kepala dan mendengkur, seperti hendak berkata: “Tenang, aku di sini.” Perilaku inilah yang memperkuat mitos spiritual: kita merasa dikasihi, sekaligus dilingkupi rasa kagum terhadap indra halus kucing.

9. Merawat Kucing: Menjaga Harmoni antara Kenyamanan dan Kepercayaan

1. Prinsip Dasar Perawatan Fisik

Pastikan kucing mendapatkan vaksinasi, pemeriksaan rutin, dan lingkungan yang bersih (ruang makan, kotak pasir, tempat tidur). Jika kucing sering muntah atau menunjukkan gejala lain (lesu, tidak mau makan, disorientasi), segera periksakan ke dokter hewan. Mitos mistis tidak menggantikan peran perawatan medis.

2. Menjaga Lingkungan Spiritual

Jika kamu atau keluarga memiliki keyakinan bahwa kucing dapat menyerap aura negatif, kombinasikan perawatan medis dengan ritual spiritual (misalnya doa, dzikir, atau ruqyah ringan) agar kamu merasa tenang—Sebab ketenangan pemilik akan menular ke kucing.

Banyak pemilik kucing Muslim menaruh majalah Al-Qur’an atau ayat-ayat tertentu di dekat sudut tempat tidur kucing, lalu sesekali membaca ayat-ayat tersebut sambil mengusap lembut bulu kucing. Ini memberikan efek perlindungan ganda: fisik (karena dibelai, cat merasa nyaman) dan spiritual (karena ada doa yang terlantunkan).

3. Menghormati Mitos tanpa Mengabaikan Kenyataan

Mempercayai kucing sebagai pembawa berkah atau penangkal  tidak salah, selama tidak menghalangi kita untuk tetap bertanggung jawab pada kesehatan fisik hewan. Jika suatu hari kucing bertingkah aneh (menangis terus, menghindar, atau muntah-muntah), jangan langsung dianggap kena gangguan gaib. Pertama-tama, cek kondisi fisiknya: apakah ada luka, cedera, gigitan, atau mungkin keracunan makanan? Setelah aspek medis ditangani, bila masih ada kekhawatiran soal aura halus, barulah ritual spiritual bisa membantu menenangkan.

10. Penutup: Memaknai Keunikan Kucing dengan Penuh Kasih dan Keadaban

Kucing adalah anugerah: ia mengajarkan kita tentang kasih sayang tanpa syarat, kesabaran, dan keindahan ikatan manusia-hewan. Di satu sisi, kelucuannya bisa membuat kita tertawa, mengangkat mood, dan merasa tidak sendirian. Di sisi lain, sifatnya yang mandiri dan gerak-geriknya yang misterius memancing opini—bahwa kucing bisa melihat hal-hal ghaib, menyerap aura negatif, atau bahkan mendatangkan rezeki melalui simbol-simbol tertentu (seperti bulu tiga warna).

Namun, apa pun mitos yang berkembang, satu hal yang tak boleh kita abaikan: kucing adalah makhluk hidup yang punya kebutuhan biologis dan emosional. Ketika kita merawatnya dengan penuh kasih, memeriksakan kesehatannya, memberi makanan bergizi, dan menyediakan lingkungan nyaman, kita sudah menjalankan peran utama sebagai pemilik.
Di saat yang sama, kalau kita percaya kucing bisa membawa keberuntungan, menangkis energi negatif, atau mewakili pesan spiritual, itu pun baik-baik saja—selama kepercayaan itu membuat kita dan keluarga merasa lebih tenang, bukan sebaliknya.

Akhir kata, biarkan kucing tetap menjadi jembatan penghantar kebahagiaan di rumahmu. Pelihara dengan kasih sayang, sambil menaruh hormat pada mitos-mitos yang melekat: karena pada dasarnya, kucing hadir untuk mengisi hati kita dengan rasa hangat, tawa, dan—jika kamu mempercayainya—ketenangan spiritual.

Semoga tulisan ini membantu kamu memahami kedalaman cerita di balik kelucuan kucing, sekaligus memberi ruang untuk menghargai segala kepercayaan yang ada. Selamat membaca, dan semoga segala kebaikan senantiasa menyertai setiap langkah kita bersama sahabat empat kaki penuh bulu.

Referensi dan Bacaan Lanjutan (Pilihan)

Montgomery, C. (2011). “Cat Behavior: How Cats Live and How We Can Be Their Best Friends.”

Schenkel, R. (1959). “Expression Studies of Cats.” Wilkes University Press.

Beck, A. M., & Katcher, A. H. (2003). “Between Pets and People: The Importance of Animal Companionship.” Purdue University Press.

Anecdotes seputar kucing Nabi Muhammad SAW (dikutip dari berbagai buku tafsir dan hadits shahih).

“Tapetum Lucidum and Night Vision in Cats,” Journal of Comparative Ophthalmology, Vol. 27, 2004.

Komunitas Pecinta Kucing Nusantara (KPN), Forum Diskusi Kucing dalam Budaya Jawa.

Baca Juga : Kucing Binatang Lucu Nan Menggemaskan, Tapi Ada Cerita Menakutkan Dibalik Kelucuannya Itu

Baca Juga : 
Bemo, Kendaraan Faforit di Masanya

(*)

Kucing, Aura Negatif, dan Energi Gaib: Mitos atau Kenyataan? - Sport Jabar

kucing adalah makhluk hidup yang punya kebutuhan biologis dan emosional.

Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Warna Warni

  • Oleh: Restu Nugraha
  • 30 September 2024
Gerakan Boikot Produk Israel Harus Terus Dikobarkan