Floating Image
Floating Image
Senin, 30 Juni 2025

Kejaksaan Agung Tajam, Mafia Ketar-ketir: Perang Terbuka Lawan Korupsi di Indonesia


Oleh Restu Nugraha
30 Juni 2025
tentang Warna Warni
Kejaksaan Agung Tajam, Mafia Ketar-ketir: Perang Terbuka Lawan Korupsi di Indonesia - Sport Jabar

Korupsi di Indonesia itu sistemik. Sekali disentuh, yang tersentuh bukan cuma satu-dua orang. Tapi jaringan. Jadi pasti ada perlawanan. Tapi justru di situ ujiannya.

208 views

SPIRITKITA.ID - Indonesia saat ini tengah menyaksikan babak baru dalam pemberantasan korupsi. Di tengah pesimisme publik terhadap penegakan hukum, Jaksa Agung ST. Burhanuddin tampil garang, memperlihatkan bahwa Kejaksaan Agung RI tidak lagi bisa dipandang sebelah mata.

Satu per satu, kasus kakap mulai dibongkar. Yang terbaru, publik dikejutkan dengan penelusuran aliran dana korupsi senilai Rp193 triliun yang menyeret sejumlah petinggi Pertamina. Bahkan, mantan Miss Indonesia 2010, yang pernah menjadi ikon nasional, ikut terseret dalam pusaran dana haram itu. Kejaksaan Agung menyebut Miss Indonesia 2010 Asyifa Syafningdyah Putriambami diduga menerima aliran dana dari salah satu tersangka korupsi Pertamina tersebut.

Tak dipungkiri, mafia migas di Pertamina menggurita dan punya jaringan kuat. 

Belum lagi skandal minyak sawit yang mengaitkan Wimar Group dan mega korupsi lainnya.

Lebih menghebohkan, mantan pejabat Mahkamah Agung (MA), Zarof Ricar, ditangkap karena menjadi makelar kasus salah satunya dugaan suap hakim pemberi vonis bebas Gregorius Ronald Tannur. 

Dan pada saat penggeladahan di rumahnya ditemukan barang bukti uang mencapai 930 miliar rupiah. Jelas uang sebanyak ini dari hasil jual beli agar kasus yang ditangani mendapat vonis ringan bahkan bebas.

Langkah agresif Kejaksaan ini tentu membuat banyak pihak tidak nyaman terutama mereka yang selama ini bermain di balik layar. Para mafia korupsi tidak tinggal diam. Serangan balik pun mulai terasa: pelemahan kewenangan, tekanan politik, hingga upaya pembusukan reputasi institusi kejaksaan melalui media bayangan dan narasi tandingan.

Mengguncang Meja Kekuasaan
Langkah Kejaksaan bukan hanya soal penegakan hukum, tapi juga menyentuh akar sistem kekuasaan. Bagaimana tidak? Praktik korupsi triliunan ini bukan sekadar penyimpangan, tapi sudah menjelma menjadi korupsi berjamaah yang melibatkan ekosistem kekuasaan, bisnis, hingga dunia hiburan. Maka tak heran, ketika taring Kejaksaan mulai mencabik, gemuruhnya mengguncang meja para elite.

Pakar hukum pidana Universitas Nasional Ismail Rumadan menyoroti sejumlah isu yang yang mengarah pada upaya pelemahan Kejaksaan Agung, khususnya dalam menangani tindak pidana korupsi. Isu tersebut mulai dari framing berita atau opini yang sudutkan Kejagung, pembunuhan karakter Jaksa Agung ST Burhanuddin dan Jampidsus termasuk isu revisi UU KUHAP yang disebut menghapus kewenangan jaksa dalam menyidik perkara korupsi.

“Terkejut ini memprihatinkan di tengah kerja Kejagung yang produktif menangani kasus korupsi. Tentu banyak yang resah, ini harus diperjuangkan agar kewenangan Kejaksaan sidik Tipikor tidak dipreteli,” kata Ismail Rumadan melalui pernyatannya beberapa waktu lalu.

Menurut Peneliti pada Pusat Hukum BRIN  keresahan publik cukup berasalan mengingat saat ini Kejagung jadi tumpuan harapan penegakan hukum. Kejagung, terangnya, dipercaya publik serta dinilai berprestasi karena berhasil mengungkap kasus-kasus mega korupsi.

“Karena itu publik tidak ingin Kejagung bernasib sama seperti KPK yang dilemahkan melalui revisi UU. Itu pintu revisi itu efektif lemahkan lembaga,” ungkapnya.

Dalam draf RUU KUHAP Pasal 6 tentang penyidik berikut penjelasannya, jaksa menjadi “Penyidik Tertentu” yang kewenangannya terbatas menyidik kasus tindak pidana pelanggaran HAM berat. Jaksa tidak lagi berwenang menyidik kasus tindak pidana korupsi.

keberanian Kejaksaan Agung memperlihatkan taringnya tentu dengan risiko. Seperti dalam sejarah panjang republik, mereka yang berani melawan korupsi kerap berhadapan dengan kekuatan yang ingin melanggengkan status quo. Tapi kali ini, rakyat punya harapan baru.

"Kami Tidak Butuh Hero, Kami Butuh Sistem yang Bersih"
Di sebuah diskusi komunitas antikorupsi di Kedai Kopi, Spiritkita.id berbincang dengan Zaky Maulana, 22 tahun, mahasiswa hukum dan aktivis literasi digital. Dia salut dengan Kejaksaan Agung yang mencabik-cabik penjarah uang rakyat.

Berikut cuplikannya :

Spiritkita.id: “Zaky, kamu mengikuti perkembangan Kejaksaan Agung saat ini?”

Zaky:
 "Iya, dan menurut saya ini momen langka. Biasanya, kasus besar ditangani setengah hati. Tapi sekarang, Kejaksaan berani menyentuh tokoh besar dan sektor strategis kayak migas. Itu luar biasa."

Spiritkita.id: “Tapi banyak juga yang menyebut ada upaya balasan dari para mafia. Apa pendapat kamu?”

Zaky:
 "Wajar. Korupsi di Indonesia itu sistemik. Sekali disentuh, yang tersentuh bukan cuma satu-dua orang. Tapi jaringan. Jadi pasti ada perlawanan. Tapi justru di situ ujiannya. Apakah negara kita benar-benar punya nyali menegakkan keadilan, atau balik lagi jadi negara yang dikendalikan oligarki dan mafia."

Spiritkita.id: “Apa harapan kamu sebagai generasi muda?”

Zaky:
 "Kami tidak butuh pahlawan tunggal. Kami butuh sistem yang bersih dan bisa dikawal publik. Kejaksaan sudah mulai bagus. Tinggal kita kawal bareng-bareng. Jangan kasih ruang buat mereka yang mau melemahkan penegakan hukum."

Harapan dari Taring yang Menyala
Apa yang dilakukan Kejaksaan Agung hari ini bukan hanya menyentuh kasus, tapi menyentuh harapan. Harapan bahwa negara ini bisa bersih dari mafia. Bahwa sistem bisa dibenahi. Bahwa kita, rakyat biasa, bisa melihat keadilan bekerja.

Namun ingat, penegakan hukum bukan pekerjaan satu institusi. Kita semua bagian dari perjuangan ini. Ketika mafia korupsi melawan dengan kekuasaan, mari kita lawan dengan kesadaran dan keberanian. Indonesia bersih bukan mimpi. Tapi harus diperjuangkan.

Baca Juga :
Menghindari Korupsi: Perspektif Agama, Moral, Hukum, Sosial, dan Ekonomi

Baca Juga :
Korupsi di Indonesia: Dari Pejabat hingga Perlawanan Generasi Muda

Baca Juga :
Galeri Promo

(*)

Kejaksaan Agung Tajam, Mafia Ketar-ketir: Perang Terbuka Lawan Korupsi di Indonesia - Sport Jabar

Cocok untuk Acara, Komunitas, atau Dijual Ulang. Barang kecil ini punya nilai besar di saat yang tepat.

Penulis

Restu Nugraha

Berita Lainnya dari Warna Warni

  • Oleh: Restu Nugraha
  • 30 September 2024
Gerakan Boikot Produk Israel Harus Terus Dikobarkan