Floating Image
Floating Image
Minggu, 13 Juli 2025

Menjaga Diri di Tengah Derasnya Zaman: Keperawanan dan Arti Kehormatan bagi Remaja Saat Ini


Oleh Alifa Fajri
21 Mei 2025
tentang Inspiratif
Menjaga Diri di Tengah Derasnya Zaman: Keperawanan dan Arti Kehormatan bagi Remaja Saat Ini - Sport Jabar

Bagi sebagian remaja perempuan, keperawanan tidak lagi dianggap sebagai hal yang wajib dipertahankan.

1247 views
Menjaga Diri di Tengah Derasnya Zaman: Keperawanan dan Arti Kehormatan bagi Remaja Saat Ini - Sport Jabar

SPIRITKITA.ID - Namanya Nadya Amelia, 19 tahun, mahasiswi semester tiga di salah satu universitas negeri di Bandung. Di tengah derasnya kemajuan zaman dan pergaulan, Nadya memegang satu prinsip kuat: menjaga kehormatan diri sebagai perempuan adalah bentuk kekuatan, bukan kelemahan.

Kepada redaksi SPIRITKITA.ID, Nadya bercerita dengan tenang namun mantap. Dikatakannya, perawan adalah identitas dan sebuah kebanggaan bagi seorang perempuan apabila bisa menjaga sampai menikah.

 “Bagi aku, perawan itu bukan cuma soal fisik. Tapi soal komitmen menjaga kehormatan diri. Bukan karena takut sama orang tua, tapi karena aku menghargai diriku sendiri.” ucapnya.

Di tengah lingkungannya, Nadya menyadari bahwa banyak teman sebayanya sudah mulai 'berani'. Bahkan beberapa dari teman dekatnya terang-terangan bilang kalau "zaman sekarang mah udah biasa. Bagi Nadya, jika sebagaian temannya berprinsip perawan adalah hal yang diaggap biasa saja. Ia tak ambil pusing. Yang jelas, menurutnya perawan adalah kehormatan yang harus dijaga.

“Aku bukan menghakimi teman-teman yang sudah melakukan, itu pilihan mereka. Tapi buat aku pribadi, aku punya batas. Karena aku percaya, yang paling pertama harus dijaga bukan tubuhku, tapi hatiku dan nilai-nilaiku.” tandas anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Ketika ditanya, apakah tak takut dianggap ‘kolot’ atau ‘nggak gaul’, Nadya justru tersenyum. Nadya menandsaskan, wanita itu bagai berlian, jika sebagian kebeningan berlian sudah ternoda maka dianggap berlian itu sudah usang.

 “Justru aku bangga jadi berbeda. Kita ini perempuan, dan menjaga diri itu bukan aib. Malah harusnya jadi kekuatan. Aku pengen perempuan lain juga ngerasa punya nilai yang mahal, bukan murahan.” tandasnya dengan tatapan tajam.

Nadya juga menambahkan bahwa menjaga diri bukan berarti anti cinta.

Aku pernah pacaran, dan aku bilang dari awal kalau aku mau hubungan sehat. Kalau cowoknya serius, dia pasti hargai. Kalau nggak bisa, ya berarti dia bukan yang terbaik buat aku.” imbuhnya.

Apa harapan Nadya untuk perempuan lain?

 “Jangan takut beda. Jangan takut dibilang kudet. Perempuan punya kekuatan besar—jaga tubuhmu, jaga kehormatanmu, bukan buat orang lain, tapi buat dirimu sendiri. Kalau bukan kamu yang menghargai dirimu, siapa lagi?” pesannya.

Perawan Simbol Kehormatan dan Kesucian

Zaman semakin maju arus informasi dan budaya yang begitu cepat, banyak merubah  nilai-nilai yang dulu dianggap sakral kini mulai terkikis. Salah satunya adalah soal keperawanan perempuan sebelum menikah. Topik ini akan tetap menjadi perbincangan seksi dan sensitif, terutama dalam masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi norma agama, etika dan budaya timur.

Lebih jelas Redaksi akan mengulas apa Itu keperawanan?

Secara medis, keperawanan sering dikaitkan dengan selaput dara, namun secara sosial dan budaya, makna keperawanan jauh lebih luas: ia adalah simbol kehormatan, kesucian, dan harga diri.

Di berbagai daerah di Indonesia, keperawanan masih dianggap sebagai tolak ukur utama martabat perempuan, khususnya ketika memasuki pernikahan. Tak sedikit cerita bahwa malam pertama menjadi "pengadilan diam-diam" bagi sang istri: apakah ia masih perawan atau tidak. Jika tidak, aibnya bisa melebar hingga ke keluarga, bahkan menjadi bahan gunjingan masyarakat.

Remaja dan Pergeseran Nilai
Namun, realita remaja saat ini berbicara lain. Di tingkat SMP dan SMA, pergaulan bebas sudah menjadi tantangan nyata. Dari cerita-cerita remaja, tak sedikit yang sudah mengenal hubungan pacaran yang melibatkan kontak fisik berlebihan. Sebagian besar karena:

Kurangnya pendidikan seks dan nilai moral yang memadai.

Rasa penasaran yang tak dibimbing.

Paparan konten vulgar di media sosial.

Ketidakhadiran orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang mereka.

Bagi sebagian remaja perempuan, keperawanan tidak lagi dianggap sebagai hal yang wajib dipertahankan. Sebagian karena pengaruh lingkungan, sebagian lagi karena merasa bahwa tubuh adalah hak pribadi yang bisa diekspresikan semaunya.

Stigma dan Tekanan Sosial

Meski demikian, stigma sosial soal keperawanan tetap kuat. Tidak perawan saat menikah dianggap sebagai aib besar. Bahkan ada pasangan yang batal menikah hanya karena si perempuan "tidak suci". Padahal, tidak ada satu pun manusia yang sempurna.

Yang lebih ironis, standar ini sering kali tidak berlaku bagi laki-laki. Inilah bentuk ketimpangan nilai yang sering dirasakan oleh perempuan di masyarakat kita.

Penangkal: Pendidikan, Agama, dan Kesadaran Diri

Lalu, bagaimana sebaiknya menyikapi fenomena ini?

1. Pendidikan Seksual dan Moral sejak Dini
Remaja perlu diberi pemahaman tentang batasan dalam pergaulan, bukan ditakut-takuti, tapi diberikan pengertian yang mendalam soal konsekuensi. Pendidikan ini bukan sekadar soal “jangan ini, jangan itu”, tapi juga soal mengapa harus dijaga.

2. Pendampingan Orang Tua
Orang tua perlu menjadi teman bagi anak, bukan hanya pengatur atau pengawas. Dengan begitu, anak merasa aman untuk bercerita dan tidak mencari jawaban dari sumber yang salah.

3. Kesadaran Agama
Dalam Islam dan agama-agama lainnya, menjaga diri dari zina bukan hanya soal keperawanan, tapi tentang kehormatan dan martabat. Menjaga kesucian bukan berarti ketinggalan zaman, tapi justru bentuk kedewasaan dalam menahan diri.

4. Lingkungan yang Mendukung
Remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang sehat secara moral dan spiritual, akan lebih kuat dalam menolak godaan.

Penutup: Keperawanan adalah Pilihan, Tapi Kehormatan adalah Harga Diri

Di akhir hari, tubuh memang milik pribadi. Tapi apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita mencerminkan nilai hidup yang kita pegang. Menjaga keperawanan bukan soal ikut budaya, tapi soal menjaga nilai dan kehormatan. Bagi perempuan, menjaga diri adalah bentuk cinta pada masa depan, bukan sekadar patuh pada tradisi.

Baca Juga :  Tragedi Cinta Membuat Bunga Lebih Mawas Diri: "Pacaran Ada Batasnya"

Baca Juga : 
Pacaran Zaman Dulu vs Sekarang: Ketika Rasa Malu Jadi Bukti Cinta

Baca Juga : 
Media Tanam Daun Bambu Telah Terbukti Sebagai Pupuk Organik Jenis Kompos

(*)







Menjaga Diri di Tengah Derasnya Zaman: Keperawanan dan Arti Kehormatan bagi Remaja Saat Ini - Sport Jabar

Nadya menyadari bahwa banyak teman sebayanya sudah mulai 'berani'. Bahkan beberapa dari teman dekatnya terang-terangan bilang kalau "zaman sekarang mah udah biasa.

Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Inspiratif

  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Begini Nih Jadinya Jika Pacaran Tanpa Batas
  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Calvin Verdonk Berharap Segera Bertemu Sang Ayah