SPIRITKITA.ID - Tak dipungkiri kehadiran internet memang mempermudah segala urusan kehidupan. Tinggal mainkan jari semua yang diinginkan tersedia. Namun sadarkah dibalik kemudahan tersebut terdapat kondisi yang harus diwaspadai terlebih bagi pelajar yakni, daya berihtiar menurun. Contoh sederhana, mayoritas pelajar sekarang dalam mengerjakan tugas andalannya internet, istilah kekinian berselancar bersama mbah google. Setelah bahan yang dicari ketemu, print out kelar deh !
Anak jaman dulu mana bisa seperti itu ? Bikin tugas seperti kliping ribetnya minta ampun. Harus ngumpulin koran, lalu digunting setelah itu dilem dan ditempel di kertas karton. Di jaman now rasanya tak mungkin ditemukan keribetan seperti itu.
Memang sih, berselancar di internet juga bagian dari berihtiar, tapi bila bicara tingkat kesulitan berbeda jauh. Era sekarang lebih mudah, sebaliknya jaman dulu lebih sulit karena terbatas sarana.
Belum lagi jika dihubungkan dengan ajaran agama Islam. Sesuai ajaran nabi Muhammad SAW, ada 3 unsur kesuksesan dunia dan akherat, yaitu ikhtiar, doa, dan tawakal. Ketiga hal ini mesti dikerjakan secara berurutan.
Ihtiar, merupakan langkah pertama yaitu, seorang hamba wajib berihtiar bila menginginkan sesuatu.
Doa, setelah berusaha. Adalah seorang hamba hanya berdoa saja tanpa mau berihtiar sama juga bohong, artinya orang itu tidak mau berusaha mengubah nasibnya. Tawakal, merupakan serah diri setelah berusaha dan berdoa. Seorang hamba yang telah berusaha, lantas berdoa, tidak bermakna keinginannnya akan langsung terpenuhi saat itu juga.
Menilik ke-3 unsur ini, jelas sekali Islam mengajarkan untuk berusaha, berdoa dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT, seperti yang dikemukakan oleh seorang Ustadz muda.
“Agama Islam itu adalah agama ikhtiar bukan agama khayalan.Jadi segala sesuatu dalam Islam harus ikhtiar dulu, contohnya sholat, kita berihktiar mendapatkan ridho Allah,” ucap Ramdani Hadi, pada Redaksi.
Ramdan, panggilannya mengatakan, kehidupan seperti sekarang, mayoritas dikendalikan oleh teknologi. Ibaratnya hidup ini diperbudak, namun di sisi lain, ia juga tak menolak teknologi karena tak bisa dihindari.
“Sekarang itu terbawa arus jaman seakan – akan dijajah oleh teknologi. Bukan apa yang diperalat oleh kita tapi apa yang memperalat oleh kita,”tandas sang Ustadz.
Imbasnya, pengaruhnya tidak hanya pada berihtiar tapi juga pada gaya hidup, pola pikir bahkan penurunan moral. Ia memberi contoh, adab kepada orang tua, guru saat ini memprihatinan. Hal ini bisa karena pengaruh budaya luar yang dibawa oleh internet. Mirisnya lagi, anak jaman sekarang seolah-olah dunia maya adalah dunia nyata.
“Adab ke orang tua kurang, ke guru juga sama. Sebab apa ya itu tadi terpengaruh oleh dia internet,”tandasnya.
Nah, lebih parah lagi ketika ada masalah, anak jaman now curhatnya di media sosial, jadinya seantero jagad tahu. Menurutnya masalah diselesaikan dengan bertukar pandangan dengan orang yang dianggap mampu untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
“Sedangkan dalam Islam mengajarkan setiap ada masalah diskusi bareng – bareng bukannya kita menguploud status di wa atau facebook,”bilangnya seraya tetawa.
Kendati demikian, Ramdan optmis tidak semua anak muda berperilaku seperti itu. Generasi muda Islam khususnya, harus bisa menjaga akhlak sehingga menjadi contoh dan panutan dalam pergaulan.
Ia juga menitip pesan terutama pelajar, jangan terlalu mengandalkan internet, sesuatu yang masih bisa dikerjakan secara manual kerjakanlah. Internet manfaatkan untuk hal-hal yang relevan. Informasi yang didapat dari media sosial hendaknya disaring agar terhindar dari perilaku yang tidak baik. Dan yang lebih utama adalah menjaga moral caranya dekat kepada Allah agar ditempatkan di sisi yang mulia.
“Mungkin ini sudah takdir Allah, ada sebagian generasi muda ditempatkan oleh Allah di tempat mulia. Sekarang Alhamdulillah masih ada anak - anak dimasukan ke Pesantren oleh orang tuanya meskipun itu terpaksa. Meskipun anak itu jarang ngaji, jarang mondok dipesantren sering kabur, tetapi Alhamdulilah anak itu sudah ditempatkan di pesantren,” pungkasnya.