etupat mengingatkan kita pada momen memasak bersama keluarga, anyaman janur yang dibuat nenek, hingga kebersamaan saat menyantap hidangan khas Lebaran. (Foto pixabay)
SPIRITKITA.ID - Sebentar lagi Lebaran, Gimana persiapan sambut hari kemenangan ? Siap-siap makan ketupat nih !
Yup, memang Lebaran selalu identik dengan ketupat yaitu makanan khas yang dibungkus anyaman janur ini selalu hadir di meja makan saat Idulfitri, menemani opor ayam, rendang, gulai, sambal goreng hati dan hidangan idulfitri lainnya. Tapi, tahukah kamu bahwa ketupat bukan sekadar makanan lho ! melainkan juga bagian dari tradisi dan budaya yang sudah berlangsung selama berabad-abad?
Dalam artikel ini, Redaksi akan mengupas sejarah ketupat Lebaran, makna filosofisnya, serta mengapa perayaan Idulfitri terasa kurang lengkap tanpa kehadirannya, hambar begitu.
Sejarah Ketupat Lebaran
Data yang dihimpun tim Redaksi, ketupat diyakini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa pada abad ke-15 hingga 16. Ia mengenalkan konsep "Bakda Lebaran" (perayaan setelah Idulfitri) dan "Bakda Kupat" (perayaan seminggu setelah Idulfitri) sebagai bagian dari dakwah Islam.
Pada masa itu, mayoritas penduduk Jawa masih menganut agama kepercayaan atau kejawen. Sehingga Ketupat ini dinilai oleh Sunan Kalijaga sangat pas untuk menyebarkan Islam dari sisi budaya. Tradisi ini kemudian berkembang di seluruh Nusantara dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Makna Filosofis di Balik Ketupat
Ketupat bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki filosofi mendalam:
1. Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan). Dalam bahasa Jawa, kata "kupat" berasal dari "Ngaku Lepat", yang berarti mengakui kesalahan dan meminta maaf, sesuai dengan makna Idulfitri sebagai momen saling memaafkan.
2. Janur = Jannah Nur (Cahaya Surga). Anyaman janur melambangkan cahaya surga, yang menjadi harapan bagi setiap Muslim setelah sebulan berpuasa.
3. Anyaman Rumit = Perjalanan Hidup. Hidup penuh lika-liku seperti anyaman ketupat, tetapi akhirnya bisa mencapai kesempurnaan setelah melewati berbagai cobaan.
4. Bentuk Segi Empat = Keseimbangan. Ketupat melambangkan keseimbangan dalam kehidupan manusia, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia.
Mengapa Lebaran Tanpa Ketupat Terasa Hambar?
Banyak orang merasa ada yang kurang jika Lebaran tanpa ketupat. Ini disebabkan oleh beberapa faktor:
Tradisi yang Sudah Mendarah Daging. Sejak kecil, kita terbiasa melihat ketupat di meja makan saat Lebaran, sehingga makanan ini menjadi simbol yang tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri.
Rasa Nostalgia dan Kenangan Keluarga. Ketupat mengingatkan kita pada momen memasak bersama keluarga, anyaman janur yang dibuat nenek, hingga kebersamaan saat menyantap hidangan khas Lebaran.
Bagian dari Menu Lebaran yang Ikonik. Ketupat selalu disandingkan dengan opor ayam, rendang, dan sambal goreng hati. Tanpa ketupat, menu Lebaran terasa kurang lengkap.
Simbol Kebersamaan dan Silaturahmi. Ketupat biasanya dibuat dalam jumlah banyak dan dibagikan kepada tetangga atau sanak saudara, memperkuat nilai gotong royong dan kebersamaan.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ketupat bukan hanya sekadar makanan khas Lebaran, tetapi juga memiliki sejarah panjang, makna spiritual, dan filosofi yang mendalam. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Idulfitri di Nusantara.