SPIRITKITA.ID - Pergaulan anak muda di era digital seperti sekarang kerap diwarnai dengan kebebasan. Akibatnya banyak usia remaja terjebak dengan perilaku di luar moral yang dampaknya negatif. Namun begitu, tak semua remaja masuk perangkap berada dalam ruang waktu simbol kebebasan. Nah hal ini dirasakan oleh seorang remaja yang masih sanggup menahan gejolak kebebasan yang tak beradab.
Berikut kisahnya
Di sekolahnya, nge-vape itu biasa. Pacaran bebas? Bukan hal aneh. Tapi Danu, anak SMA kelas 2 yang kalem tapi tajam, punya prinsip sendiri. Bukan karena dia sok alim, tapi karena dia kenal dirinya. Dan itu semua dimulai dari tempat paling sepi hati sendiri.
Spiritkitaid ketemu Danu di taman deket sekolahnya, sore-sore. Terlihat duduknya nyender, pakai jaket bolak-balik, ransel penuh buku filsafat dan komik Naruto.
Setelah berbincang, Redaksi menilai, anaknya nggak banyak gaya, tapi setiap kalimatnya kayak punya “isi”.
Danu, mengatakan, lingkungan pergaulannya sangat bebas diibaratkan semuanya bisa dilakukan.
“Lingkungan aku bebas, bro. Tapi bukan berarti aku harus bebas juga. Aku bebas milih buat nggak bebas, ngerti nggak maksudku?” ucapnya seolah sedang bicara dengan usia sebayanya. Redaksi cuma senyum kecut saja.Tapi dari gaya bicaranya, ini anak nggak asal bunyi.
“Aku nggak benci, cuma aku milih buat jalainin hidup ke depan. Aku harus punya pirinsip” suaranya bergetar.
Danu terus terang,temen-temennya banyak yang udah coba-coba “ekbebas” alias seks bebas, ada yang iseng nyoba pil haram, ada juga yang bolos sekolah buat nge-game dan dugem.
“Buat aku, mereka nggak salah. Cuma belum nemu tenang-nya aja. Aku juga bisa jadi kayak mereka, tapi aku tahu bakal nyesel.” tandasnya penuh keyakinan.
Danu bilang dia nemu arah setelah sering ikut meditasi di vihara kecil dekat rumahnya. Bukan cuma soal agama, tapi lebih soal kenal sama diri sendiri.
“Dari situ aku ngerti: lo nggak harus ikut arus buat dibilang keren. Buddhisme Itu Nggak Cuma Doa, Tapi Jalan Hidup” terangnya.
Saat Spiritkitaid tanya apa yang bikin dia kuat, Danu jawab simpel.
“Aku belajar jalan tengah. Nggak terlalu nahan diri, tapi juga nggak nyerah ke hawa nafsu. Kayak kakak makan enak, tapi tau kapan stop.” jawabnya.
Danu juga sering sharing di kelas tentang mindfulness dan pentingnya sadar akan tindakan.
“Kamu mau keren, boleh. Tapi jangan sampai kamu nginjek hidup kamu sendiri demi diakuin orang.” lanjutnya.
Pesan Buat Anak Muda
Danu bukan anak paling pintar di kelas, bukan juga yang paling populer. Tapi dia jadi tempat curhat temen-temennya.
“Karena aku nggak nge-judge. Aku ngerti semua orang punya jalan masing-masing. Tapi kalau bisa bantu, ya bantu.”
Di akhir obrolan, Danu sempat bilang, kalau dia sering baca artikel dan memujinya. Ia minta kisah seperti dirinya lebih banyak di bikin artikelnya sebagai bahan referensi.
“SPIRIT itu bagus. Ceritain dong yang kayak aku gini. Biar anak muda tau, jadi baik itu bukan berarti boring,” pintanya.
Dalam dunia yang makin cepat dan liar, kadang yang bikin kita keren bukan soal gaya atau pacar berapa, tapi soal berani bilang “nggak” saat semua bilang “ayo.” Danu mungkin cuma satu anak SMA, tapi dari dia kita belajar menolak ikut-ikutan adalah bentuk pemberontakan yang paling keren.
Punya produk yang mau dikenal lebih luas? Yuk, kerja sama bareng spiritkita.id! Kami siap bantu review produkmu biar makin dipercaya & dilirik calon pembeli. Promosi eksklusif. Hubungi kami di: [email protected]
