spiritkita.id – Di bawah rindangnya pepohonan sekolah, suara tawa dan obrolan ringan mengiringi siang yang cerah. Di tengah-tengah keramaian itu, seorang gadis cantik bernama Alya Nandira Putri duduk santai, dengan mengenakan jaket denim dan sneakers favoritnya. Gaya khas anak muda jaman now, cara bicaranya mengisyaratkan kedalaman berpikir tajam yang jarang dimiliki remaja seusianya.
"Zaman sekarang itu cewek harus bisa banyak hal, tapi bukan berarti kita harus jadi laki-laki kedua. Perempuan tetap bisa keren dengan jadi diri sendiri," katanya, membuka perbincangan dengan SPIRIT.
Sebagai pelajar aktif dari daerah pinggiran kota, Alya, sapaannya, punya semangat yang membara. Ya, saat ini, Ia memimpin sebuah komunitas kecil di sekolah yang fokus pada literasi dan diskusi isu-isu perempuan. Baginya, Hari Kartini bukan cuma soal kebaya atau upacara formal di sekolah. Tapi tentang refleksi sudah sejauh mana perempuan diberi ruang?
"Kadang masih ada tuh, cewek yang pengen kuliah tapi enggak boleh jauh-jauh. Atau disuruh milih jurusan ‘perempuan banget’ kayak tata boga. Padahal, kalau dia mau jadi insinyur, ya kenapa nggak?" suaranya lantang penuh semangat.
Alya punya pemikiran demikian tidak sedang melawan tradisi, tapi dia ingin menantang batasan yang membatasi potensi.
Kartini dan Perempuan Masa Kini
Zaman berubah, dan bersama waktu, cara perempuan mengekspresikan dirinya pun ikut berkembang. Emansipasi ala Kartini hari ini bukan lagi sekadar membuka ruang belajar, tapi juga memberi panggung bagi perempuan untuk memilih jalannya sendiri termasuk jalan untuk tetap menjalankan kodratnya sebagai perempuan tanpa merasa rendah atau terbebani.
"Aku tetap pengin nikah muda, misalnya. Tapi bukan karena disuruh. Karena aku tahu tujuan hidupku. Itu kan bentuk kebebasan juga." tandasnya.
Anak kedua dari 3 bersaudara ini, optimistis, di era digital seperti sekarang, kaum wanita akan semakin punya peran dan terus berperan aktif dalam menghiasi pembangunan. Kodrat sebagai perempuan harus bisa menjadi kelebihan tapi tetap dalam batas-batas.
“Ya, sekarang banyak ko wanita yang punya jabatan strategis baik di pemerintah atau swasta dan sukses. Menjadi ibu sekaligus wanita profesional kenapa tidak ?” ucapnya.
Dan memang menurut data yang dihimpun Redaksi Spirit, ditemukan beberapa hal diantaranya :
73% remaja perempuan di Indonesia ingin berkarier dan tetap berkeluarga.
62% masih merasa stereotip gender membatasi jurusan atau pekerjaan.
Emansipasi dan Eksistensi
Spirit Kartini masa kini ada dalam keseimbangan: antara pencapaian dan penerimaan, antara cita-cita dan keluarga, antara eksistensi dan kodrat. Perempuan masa kini boleh jadi CEO, boleh juga jadi ibu rumah tangga yang bahagia yang penting adalah kesadaran dan pilihan itu datang dari dirinya sendiri.
“Emansipasi bukan sekadar hak, tapi juga keberanian memilih. Perempuan bisa sukses tanpa harus meniru laki-laki,” tegasnya.