Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat sebenarnya sudah mengalami kekalahan oleh para pejuang Palestina dan Lebanon hanya ditutupi seolah-olah mereka masih kuat. (Photo pixabay)
SPIRITKITA.ID - Seorang Komandan Angkatan Laut Iran yang bermahzab ahlisunnah, Jenderal Shahram Irani, mengatakan, saat ini Israel yang didukung penuh oleh Amerika serikat sedang dalam situasi panik. Penilaian ini didasarkan kepada respon ketika Israel mendapat suatu serangan padahal dalam sekala yang sangat kecil,
“Saat ini, ketika drone pengintai sederhana saja, melintas di atas kepala mereka , mereka telah mengerahkan F-18 dan F-22. Ini adalah penghinaan terbesar bagi militer yang telah mengalami kemunduran pada momen bersejarah ini dan berada diambang kehancuran,” katanya.
Apa yang disampaikan oleh Jenderal kharismatik ini bisa dinilai sepenuhnya benar. Hal ini dilihat respon dan tanggapan dari zionis Israel merupakan bentuk kepanikan dan kekhawatiran atas konsekwensi yang telah mereka lakukan yang tidak siap mereka hadapi. Selain itu, ketertinggalan nyata dalam variasi persenjataan militer.
Apa yang mereka tunjukan agaknya tidak berlebihan jika disebut sebuah erangan atau sikap meronta layaknya seseorang yang akan menghembuskan nafas terakhir.
Banyak pengamat Timur Tengah yang menilai kalau Amerika dan Israel tidak akan cukup berani untuk benar-benar menciptakan perang regional di kawasan yang mana mereka sendiri tidak bisa memenangkan pertarungannya, bahkan jika itu untuk satu front pejuang perlawanan Palestina saja, yang telah lebih setahun penuh tidak bisa mereka taklukan.
Belum lagi kekalahan memalukan dari Lebanon, setelah berulang kali gagal berusaha merengsek masuk ke wilayah yang dikuasai oleh pejuang Hizbullah dan juga kepahitan yang harus mereka telan atas kerugian besar dari sisi kematian personel militer maupun kehancuran persenjataan, juga merupakan pertanda bahwa Israel dan pendukungnya saat ini tidaklah setangguh apa yang sering mereka anggap atas diri mereka sendiri selama ini.
Ditambah perluasan konflik dengan negara besar seperti Iran adalah hal lucu yang hanya menunjukan betapa keterkejutan psikis yang sedang dicoba ditutupi oleh pihak Israel yang seolah-olah mereka masih mampu bertahan di tengah-tengah gempuran yang bahkan tidak kuasa untuk mereka hentikan.
Bayangkan jika gempitan dan serangan regional benar-benar terjadi seperti apa babak belurnya Israel. Tapi hal itu memang dianggap perlu oleh sebahagian pemerhati agar ada satu pijakan nyata dan garis merah kedepannya untuk mendisiplinkan entitas yang tidak punya kemauan untuk taat aturan itu.
Kegilaan diluar nalar dalam kebijakan menargetkan warga sipil yang mungki mereka harapkan dapat meredam juga menundukan semangat perjuangan perlawanan ataupun menimbulkan pemberontakan di hati rakyat Gaza atas pejuang mereka juga tidak berbuah hasil.
Semua telah buntu dan tertutup sedangkan tekanan dari pihak rakyat mereka sendiri yang keluarganya masih ditahan pejuang Palestina juga menimbulkan kelemahan dalam internal Israel saat ini yang mungkin menjadi salah satu dari sekian alasan kenapa banyak warga Israel yang kemudian bersedia menjadi mata-mata bagi Iran.
Manuver AS sepertinya tidak akan diambil kira semua front dan pihak Iran tampaknya juga sudah siap dengan tekad bulat atas resiko apapun sebab semua batas garis merah yang sudah terlanjur Israel langgar. Selain itu Rusia yang merupakan sekutu Iran yang belakangan sering mendaratkan kargonya di Teheran diragukan untuk sama sekali tidak ambil bahagian jika perang langsung benar-benar terjadi terlebih mereka sangat dimungkinkan punya kesepakatan bilateral bidang militer dengan negara Iran.
Diperkirakan saat ini Washington juga sangat memutar otak untuk mencari formula yang benar-benar efektif atas segala kebuntuan ini guna melunakan hati pihak perlawanan.
“Dan demikianlah hari-hari itu akan dipergilirkan diantara manusia,” ucapnya.
Sepertinya keruntuhan memang sudah berjalan menuju jadwalnya.