SPIRITKITA.ID – Grand final Proliga 2025 dipastikan akan jadi panggung duel panas dua outside hitter putra terbaik Indonesia: Boy Arnez Arabi dari LavAni Livin’ Transmedia dan Farhan Halim dari Jakarta Bhayangkara Presisi.
Pertemuan keduanya bukan sekadar adu kekuatan, tapi juga adu strategi, teknik, dan mentalitas. Sejak Proliga 2025 dimulai, Boy dan Farhan terbukti menjadi senjata utama tim masing-masing dalam mendulang poin demi kemenangan.
Boy Arnez Arabi: Si "Boy Sukhoi" yang Tajam dan Cerdas
Dengan jangkauan spike 355 cm dan blok 335 cm, Boy Arnez kian menunjukkan kematangan permainan. Dijuluki “Boy Sukhoi” karena spike-nya yang melesat seperti jet tempur, pemain muda ini sangat mematikan saat menyerang dari depan maupun lewat back attack. Kini, Boy juga semakin cermat membaca permainan, tahu kapan harus melakukan pukulan keras atau placing yang menyusup ke ruang kosong lawan.
Tak hanya itu, jump service Boy sangat tajam dan sering menghasilkan ace. Di sisi pertahanan, blok tingginya efektif mematahkan serangan lawan karena didukung kemampuan membaca arah serangan yang tajam.
Farhan Halim: Si Bang Mullet yang Lebih Berpengalaman
Sementara itu, Farhan Halim yang memiliki jangkauan spike sama (355 cm) dan blok sedikit di bawah (330 cm) juga tampil konsisten sepanjang musim. Di usianya yang ke-24, Farhan sudah kenyang pengalaman, termasuk tampil di berbagai turnamen internasional bersama timnas.
Farhan memiliki skill lengkap: smash keras, jump service tajam, serta blok yang solid. Namun, kelemahan utamanya masih terletak pada penerimaan bola pertama yang kadang tidak stabil. Hal ini bisa menjadi celah jika lawan mengincar posisinya saat serve.
Meski begitu, dari sisi jam terbang, Farhan masih unggul dibanding Boy. Ia dikenal sebagai pemain yang tidak mudah goyah saat pertandingan penting, dan ini bisa menjadi penentu di laga final nanti.
Head to Head: Siapa yang Lebih Siap Mental?
Jika dilihat dari statistik dan performa sepanjang musim, keduanya punya kemampuan yang nyaris setara. Final ini akan sangat ditentukan oleh faktor non-teknis: mental bertanding, konsistensi, dan kerja sama tim. Kemenangan tidak hanya ditentukan dari dua outside hitter ini, tetapi mereka akan jadi penentu momentum di tiap set pertandingan.