SPIRITKITA.ID – Tak bisa dipungkiri, kehadiran internet sangat mempermudah kehidupan. Cukup dengan menggerakkan jari, semua informasi yang dibutuhkan tersedia dalam sekejap. Namun, di balik kemudahan itu, ada tantangan besar yang perlu diwaspadai, terutama bagi pelajar: menurunnya semangat ikhtiar atau usaha. Contohnya bisa kita lihat saat pelajar mengerjakan tugas sekolah. Mayoritas langsung mengandalkan mesin pencarian seperti Google. Setelah menemukan bahan, tinggal salin, cetak, selesai. Bandingkan dengan anak-anak zaman dulu yang harus mengumpulkan koran bekas, menggunting artikel, menempel di karton, dan menyusun kliping dengan tangan.
Memang, mencari informasi di internet juga bentuk ikhtiar. Namun bila bicara tingkat kesulitan dan nilai usaha, keduanya jauh berbeda. Era digital menawarkan kemudahan, sedangkan masa lalu mengajarkan proses.
Dalam Islam, kesuksesan dunia dan akhirat ditopang oleh tiga hal penting: ikhtiar, doa, dan tawakal. Ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh yang harus didahulukan sebelum berdoa. Sedangkan tawakal adalah bentuk kepasrahan setelah keduanya dilakukan.
“Agama Islam itu adalah agama ikhtiar, bukan agama khayalan. Jadi segala sesuatu dalam Islam harus ikhtiar dulu,” ujar Ustadz Ramdan Hadi kepada Redaksi spiritkita.id.
Lebih lanjut, Ramdan menyoroti gaya hidup masa kini yang sangat dipengaruhi teknologi. “Sekarang ini, hidup seakan dijajah teknologi. Bukannya kita yang memanfaatkan teknologi, malah kita yang diperbudak olehnya,” tegasnya.
Akibatnya, tak hanya semangat berusaha yang menurun, tetapi juga adab dan moral pelajar. Ia menyoroti bagaimana saat ini sebagian anak muda kurang menghargai orang tua dan guru—salah satunya karena terpengaruh budaya luar yang bebas dari internet. Dunia maya bahkan kerap dianggap lebih nyata dibanding dunia sesungguhnya.
“Kalau ada masalah, anak sekarang bukan diskusi atau curhat dengan orang dewasa, malah diumbar di media sosial. Padahal Islam mengajarkan musyawarah untuk menyelesaikan masalah,” katanya sambil tertawa ringan.
Meski demikian, ia tetap optimistis. Menurutnya, tidak semua anak muda seperti itu. Masih banyak pelajar yang punya akhlak baik dan menjadi harapan bangsa.
“Gunakan internet untuk hal-hal yang bermanfaat. Kalau masih bisa dikerjakan secara manual, kerjakanlah. Dan yang terpenting, jaga moral, dekatkan diri kepada Allah agar ditempatkan di sisi yang mulia,” pesannya.
Ramdan juga menambahkan bahwa meski ada anak muda yang dipaksa masuk pesantren oleh orang tuanya, itu bisa jadi takdir baik. “Meskipun dia jarang mengaji, sering kabur dari pondok, tetap saja Allah sudah menempatkannya di lingkungan yang lebih baik,” tutupnya.