Floating Image
Floating Image
Rabu, 13 Agustus 2025

Kami Tetap Indonesia: Nasionalisme Tak Berbatas Etnis


Oleh Alifa Fajri
26 Juli 2025
tentang Inspiratif
Kami Tetap Indonesia: Nasionalisme Tak Berbatas Etnis - Sport Jabar

Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada sebagian kecil yang belum menunjukkan nasionalisme secara terang-terangan. Namun itu tidak bisa menjadi dasar penghakiman.

681 views

SPIRITKITA.ID - Nasionalisme bukan sekedar soal dari mana kita berasal, tapi tentang ke mana kita berpihak, tentang siapa yang kita bela saat negara memanggil. Bagi sebagian orang mungkin nasionalisme adalah pilihan, tapi bagi sebagian lain, itu adalah napas hidup. Begitu pula yang dirasakan oleh banyak warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Mereka yang lahir, besar, dan mencintai Indonesia sepenuhnya, tanpa keraguan.

Contoh nyata adalah ketika Indonesia dan Cina bertemu dalam event olahraga seperti sepakbola.

Warga keturunan ini jiwa nasionalismenya  tak perlu diragukan terbukti saat pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2025, Warga keturunan ini, dengan gagahnya mempertontonkan nasionalismenya dengan mendukung sepenuh hati Timnas Merah Putih. Sorakan, yel-yel, terdengar menggema dibalut atribut dan asesoris Merah Putih. Bahkan tak sedikit, mereka seperti meledek kepada penonton Cina yang datang menyaksikan laga tersebut. Warga keturunan ini, mencium lambang Garuda yang menempel di bajunya.

Momen ini terjadi hampir di semua cabang olahraga maupun event lainnya.

Redaksi, dalam sebuah perbincangan santai, bersama seorang warga keturunan Tionghoa yang sebut saja namanya Rudi epaw, dengan tegas menyampaikan:

"Kami ini akan tetap cinta Indonesia. Kami lahir di sini, makan dari tanah ini, dan sampai meninggal pun tetap Indonesia. Itu sudah tidak bisa ditawar lagi." katanya dengan nada tinggi.

Ucapan Rudi itu tidak berdiri sendiri. Ia mewakili suara banyak orang seperti dirinya. Bahkan dalam konteks ekstrem, jika suatu saat terjadi ketegangan antara Indonesia dan Tiongkok, ia tetap memilih berdiri di bawah bendera Merah Putih.

"Kalau sampai terjadi perang antara Indonesia dan Cina, kami tetap yang di depan. Kami sudah menjadi darah daging bangsa ini. Tidak ada lagi soal etnis." tambahnya.

Contoh lain datang dari seseorang bernama Qian Wei, yang kini telah mengganti nama menjadi nama khas Indonesia, Tata Mincu. Ia menyebut dirinya sebagai Cina Sunda. Dengan logat khas Sunda ia bercerita:

"Ngomong mah geus bisa Sunda Aingsia, dahar pete, jengkol mah biasa! Bahasa Cina mah teu bisa. Disuruh ngomong Cina, saya mah ngan seuri wae."ucapnya tertawa.

(Saya sudah bisa bahasa Sunda sehari-hari, makan pete dan jengkol sudah biasa. Bahasa Cina malah tidak bisa. Disuruh bicara Cina, saya cuma bisa ketawa.)

Ini bukan semata-mata soal kehilangan budaya leluhur, tapi tentang proses panjang menyatu dengan masyarakat dan tanah air yang mereka sebut rumah: Indonesia.

Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada sebagian kecil yang belum menunjukkan nasionalisme secara terang-terangan. Namun itu tidak bisa menjadi dasar penghakiman. Ada yang memang terlihat eksklusif, jarang bergaul dengan warga lainnya, tapi bisa jadi itu hanya bagian dari karakter mereka yang lebih tertutup dalam bersosialisasi.  Dan mungkin itu hanya sebagian kecil saja.

Yang jelas, kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia tidak sedikit. Mereka ada di banyak lini seperti ekonomi, pendidikan, teknologi, seni, bahkan sosial dan kemanusiaan. Mereka tidak hanya mencari makan di negeri ini, tapi juga menanamkan cinta dan kerja nyatanya untuk kemajuan bangsa.

Dan bagi sebagian dari mereka, seperti Rudi dan Qian Wei, nasionalisme bukan sekadar konsep. Ia adalah komitmen. Ia adalah harga diri. Ia adalah bagian dari jiwa.

"Saya pribadi," kata Rudi lagi,
"Saya tidak akan pernah luntur nasionalisme saya. Saya ini Indonesia, dan saya bangga." tutupnya.

Baca  Juga : Cahaya dari Dua Ujung Negeri: Kisah Guru Pelosok yang Tak Pernah Padam

Baca Juga : 
Sadar Diri Itu Keren, Remaja Buddhis Ini Tunjukan Cara Gaul yang Berisi

(*)

Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Inspiratif

  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Begini Nih Jadinya Jika Pacaran Tanpa Batas
  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Calvin Verdonk Berharap Segera Bertemu Sang Ayah