SPIRITKITA.ID – Sebelum era digital menguasai dunia, sosok Pak Pos adalah figur yang paling dinanti-nantikan. Di tahun 80 hingga 90-an, pak pos menjadi penghubung utama kabar berita bagi masyarakat. Ia hadir bukan hanya untuk mengantar surat, tetapi juga membawa harapan dan kerinduan, terutama bagi mereka yang sedang menjalin cinta jarak jauh.
Dengan sepeda onthelnya dan senyum khas yang tak pernah pudar, pak pos menyusuri jalanan tanpa kenal lelah, hujan, atau panas. Suara “kring… kring… kring…” atau teriakan lantang “POOSS!” menjadi sinyal kebahagiaan di setiap rumah. Tak peduli kaya atau miskin, semua orang menyambutnya dengan antusias.
Namun seiring kemajuan teknologi, peran pak pos mulai tergeser. Kemunculan layanan email pada 1980-an, yang mulai populer di Indonesia lewat Yahoo dan kemudian Gmail, perlahan menggantikan komunikasi berbasis surat fisik. Meskipun begitu, kenangan tentang pak pos masih membekas kuat di hati banyak orang.
Salah satu kenangan manis datang dari Dodi Faisal, pria kelahiran 1977 yang pernah menjalani LDR (Long Distance Relationship) dengan gadis Betawi di penghujung tahun 1998.
Kala itu, Dodi bekerja di proyek jalan tol di Jakarta. Setelah empat bulan, ia harus kembali ke kampung halamannya karena proyek selesai. Namun, cinta tak luntur meski jarak membentang. Komunikasi mereka hanya mengandalkan surat yang dikirim lewat pak pos dan sesekali interlokal dari wartel.
“Kami berkomitmen dua minggu sekali saling berkirim kabar lewat pos. Tapi pernah hampir tiga minggu nggak ada surat, galaunya luar biasa,” kenang Dodi sambil tertawa.
Bagi Dodi, sosok pak pos bukan hanya pengantar surat, tetapi juga perpanjangan tangan dari kekasihnya. Ia menyebut pak pos sebagai “kekasih kedua”, karena membawa kabar cinta yang ditunggunya setiap saat.
“Pak pos adalah orang paling berjasa saat itu. Karena dia, saya bisa mempertahankan hubungan cukup lama walau akhirnya tak berjodoh,” ucap Dodi menutup kisahnya.
Nostalgia yang Tak Tergantikan
Meski kini komunikasi bisa dilakukan dalam hitungan detik melalui ponsel atau aplikasi chat, era surat pos menyimpan nuansa emosi yang tak bisa tergantikan. Harapan, kerinduan, dan kejutan dari selembar surat adalah pengalaman yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang pernah hidup di masa itu.
Pak pos bukan sekadar profesi. Ia adalah simbol harapan, cinta, dan kesetiaan di tengah keterbatasan teknologi.