SPIRITKITA.ID - Tuyul secara tradisional dipercaya sebagai makhluk halus berwujud anak kecil, dipelihara oleh seseorang untuk mencuri uang atau harta benda dari orang lain demi memperkaya si pemilik. Dalam banyak cerita rakyat, tuyul menggambarkan keinginan manusia untuk cepat kaya tanpa usaha.
Dalam masyarakat, kepercayaan terhadap tuyul menjadi refleksi ketimpangan ekonomi saat seseorang tiba-tiba menjadi kaya tanpa penjelasan logis, masyarakat cenderung mengaitkannya dengan praktik mistis seperti ini.
Tuyul punya tempat tersendiri dalam dunia mistis Nusantara. Diceritakan dalam legenda, sinetron, bahkan urban legend, tuyul bukan hanya makhluk gaib, tapi telah menjadi bagian dari narasi kolektif tentang “harga yang harus dibayar” demi kekayaan.
3. Perkembangan Mitos Tuyul di Era Modern Menariknya, mitos tuyul juga mengalami modernisasi. Ada yang menyebut tuyul sekarang tidak lagi mencuri uang receh, tapi saldo rekening digital atau dompet e-wallet. Tentu ini hanya pengembangan imajinasi, tapi menunjukkan bahwa mitos tuyul tetap hidup dan berkembang mengikuti zaman.
Dalam pandangan agama, memelihara tuyul jelas termasuk perbuatan yang menyekutukan Tuhan (syirik). Selain itu, secara moral, memanfaatkan tuyul berarti menyakiti orang lain demi keuntungan pribadi, sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai etika sosial.
Di antara deretan kisah mistis yang tumbuh subur di tanah Nusantara, nama tuyul adalah salah satu yang paling sering disebut. Sosok gaib bertubuh mungil seperti anak kecil ini diyakini banyak kalangan sebagai pembawa kekayaan dengan cara mencuri dari orang lain.
Namun di balik cerita itu, tersimpan sisi gelap yang jarang diungkap. Redaksi berhasil mewawancarai seorang pria yang mengaku pernah memelihara tuyul dan kini memilih hidup dalam kesendirian, jauh dari hiruk-pikuk dunia.
Kami temui pria ini di sebuah Desa sunyi yang tempatnya cukup terisolir di Jawa Barat. Usianya sekitar 65-an. Ia menolak disebut namanya, hanya memperkenalkan diri sebagai Pak Hadi.
Tuyul: Penjaga Harta atau Penghancur Nurani?
“Tahun 2005 hidup saya susah,” katanya membuka percakapan. “Tiga anak, istri saya sakit. Warung kecil saya nyaris bangkrut. Suatu hari, saya bertemu seseorang, saya manggilnya 'Mbah'. Dia bilang, kalau saya mau, bisa dibantu rezeki lancar.” lanjutnya.
Pak Hadi mengira itu hanya doa-doa biasa. Tapi malam pertama setelah bertemu ‘Mbah’, ia diberi benda aneh seperti boneka kecil dari tanah liat dan sehelai rambut.
“Mbah bilang, jaga ini baik-baik. Jangan kaget kalau besok ada uang di laci warung.” imbuhnya meniru ucapan si Mbah.
Ternyata, benar. Esok harinya, Pak Hadi menemukan lembaran uang di tempat-tempat tak terduga: laci kosong, toples kerupuk, bahkan di balik lemari.
“Awalnya saya senang. Warung jadi ramai. Saya bisa bawa anak sekolah lagi. Tapi saya mulai sering mimpi buruk. Anak kecil menangis, duduk di sudut rumah. Kadang lari-lari malam-malam.” terangnya seraya melihat langit-langit rumahya.
Istrinya mulai merasa tidak nyaman. Beberapa kali, barang dagangan seperti berpindah tempat sendiri. Anaknya yang bungsu sering sakit. Yang aneh, dokter tak bisa menemukan penyebabnya.
“Saya sadar, ini bukan bantuan, ini perjanjian.” imbuhnya.
Dengan suara bergetar, Pak Hadi mengaku pernah melihat wujud tuyulnya. Ia digambarkan seperti anak kecil tanpa pakaian, kepalanya botak, kulitnya pucat. Matanya kosong, dan ia hanya duduk diam di pojok ruangan sambil menggenggam koin.
“Setiap malam Jumat, saya harus kasih dia susu putih dan kembang. Kalau lupa, rumah saya ribut. Barang pecah sendiri, atau istri saya kesurupan.” jelasnya.
Puncaknya terjadi saat anak sulungnya yang berusia 17 tahun mengalami kecelakaan misterius. Sejak saat itu, Pak Hadi memutuskan untuk menghentikan semua.
“Saya pergi ke kyai, dibantu membuang benda itu di sungai. Tapi sejak itu, warung saya sepi lagi. Uang saya habis. Tapi saya lebih tenang sekarang. Anak-anak sehat.” ucapnya tersenyum tipis.
Tuyul di Era Modern: Masih Ada?
Menurut praktisi spiritual yang kami wawancarai, tuyul tidak hilang. Ia hanya berubah cara beroperasi.
“Sekarang banyak orang memelihara tuyul digital,” ujar Ustadz Randi, yang juga seorang pengamat spiritual. “Tuyul bukan cuma makhluk, tapi simbol kerakusan manusia. Bahkan tanpa tuyul pun, manusia bisa jadi makhluk paling licik untuk menguras milik orang lain.” urainya tesenyum.
Kisah tuyul bukan hanya tentang dunia gaib. Ia adalah cermin dari realitas sosial: ketika ekonomi sulit, ketika kebutuhan mendesak, manusia bisa tergoda untuk mengambil jalan pintas. Tapi seperti kata Pak Hadi:
“Uang memang datang cepat, tapi ketenangan justru pergi lebih cepat.”