Perempuan tidak harus memilih antara cantik atau tangguh. Dunia saja yang perlu belajar untuk melihat keduanya bisa berjalan berdampingan. (Foto Proliga 2025)
SPIRITKITA.ID - Pesona pemain voli wanita memang tiada duanya. penonton khususnya kaum Adam dimanjakan dengan aksi-aksi briliant dari pevoli wanita ini.
Namun dibalik itu, pevoli wanita dihadapkan kepada pandangan yang sulit dielakan yakni antara cantik dan tangguh. Dua pandangan itu menjadi standar ganda. Mau tak mau perempuan harus memilih?
"Jadi atlet tapi tetap harus cantik." "Kalau terlalu maskulin, nanti nggak laku." "Dia jago main, tapi kok gayanya kayak cowok?"
Yup, Kalimat-kalimat ini terdengar ringan, tapi dampaknya bisa berat. Di dunia yang masih terjebak pada standar ganda, perempuan seperti selalu dihadapkan pada pilihan: jadi cantik atau jadi kuat. Padahal, kenapa tidak bisa dua-duanya?
Sebagai pencerahan Redaksi sajikan dialog dari fakta tersebut yang merupakan kisah pevoli wanita dilapangan.
Dina (21), atlet voli dari klub daerah, pernah diminta "sedikit lebih feminim" saat tampil di televisi lokal. “Katanya, biar kelihatan lebih manis,” ujarnya.
Padahal saat itu, Dina baru saja membawa timnya menang tiga set langsung. Tapi bukan performanya yang disorot, justru gaya rambut dan caranya jalan saat keluar lapangan.
Lalu ada Laras (17), spiker andalan sekolahnya, sering dipanggil “cewek tomboy” hanya karena gerakannya di lapangan penuh tenaga dan tegas. “Lucunya, waktu cowok main kayak gitu dibilang keren. Giliran kita, dibilang nggak anggun.”ucapnya seraya tersenyum.
kenapa ini terjadi karena standar yang tak adil.
Bagi banyak perempuan, jadi atlet bukan hanya soal latihan fisik, tapi juga tekanan sosial. Harus tampil kuat tapi tetap "lembut”. Harus tangguh di lapangan, tapi tetap menjaga "penampilan". Harus berprestasi, tapi jangan sampai "kelewat maskulin".
Standar ganda ini bukan cuma melelahkan, tapi juga menghambat banyak perempuan untuk tumbuh maksimal sebagai dirinya sendiri.
Cantik dan Tangguh Itu Bukan Dua Hal yang Bertentangan
Banyak yang belum sadar: kekuatan itu juga bentuk kecantikan.
Wajah penuh peluh setelah latihan, tangan yang kapalan karena latihan blocking, lutut yang lebam karena diving ke lantai semua itu tanda perjuangan. Dan itu, cantik dalam versinya sendiri.
Terkait ini seorang pelatih muda Rini (28) pernah bilang.
“Kita harus ubah cara pandang. Cantik itu bukan cuma dari lipstik dan rambut, tapi juga dari sikap. Dari bagaimana dia bangkit habis jatuh, dari semangatnya tiap kali masuk lapangan.” katanya kepada Redaksi.
Punya produk yang mau dikenal lebih luas? Yuk, kerja sama bareng spiritkita.id! Kami siap bantu review produkmu biar makin dipercaya & dilirik calon pembeli. Promosi eksklusif. Hubungi kami di: [email protected]