Floating Image
Floating Image
Minggu, 29 Juni 2025

Ketika Ilmu Kalah oleh Titipan: Kisah Arman, Sang Pejuang Tanpa Orang Dalam


Oleh Alifa Fajri
25 Juni 2025
tentang Pendidikan
Ketika Ilmu Kalah oleh Titipan: Kisah Arman, Sang Pejuang Tanpa Orang Dalam - Sport Jabar

Kita butuh lebih banyak Arman bukan untuk melamar, tapi untuk membangun. Untuk mematahkan lingkaran sistem titipan, dan menunjukkan bahwa keahlian dan integritas tetap bisa menang,

537 views
Ketika Ilmu Kalah oleh Titipan: Kisah Arman, Sang Pejuang Tanpa Orang Dalam - Sport Jabar

SPIRITKITA.ID - Pagi itu, Arman mengenakan kemeja putih bersih, celana kain hitam, dan sepatu pantofel yang baru saja ia semir malam sebelumnya. Ia tiba di gedung perkantoran Jakarta Selatan dengan CV di tangan, penuh harap. Hari itu, ia mengikuti sesi terakhir wawancara kerja di sebuah perusahaan teknologi ternama.

Arman datang bukan dengan tangan kosong. Ia membawa nama baik kampus negeri tempat ia belajar, predikat cumlaude, serta sertifikat magang dan pengalaman freelance membuat aplikasi kasir digital untuk toko-toko kecil di Yogyakarta.

"Aku pikir, ini kesempatan terbaikku. Akhirnya ada perusahaan besar yang mau undang aku ke tahap akhir," ujarnya mengenang.

Langkah yang Terhenti di Depan Pintu
Wawancaranya berjalan baik. Pewawancara tampak tertarik dengan pemaparan Arman tentang pengembangan UI/UX sederhana yang ia bangun saat KKN. Arman juga menjawab semua pertanyaan teknis dengan lancar. Bahkan saat ditanya soal kontribusi apa yang bisa ia berikan, ia menjawab dengan percaya diri. Tapi tiga hari setelahnya, email yang masuk sangat singkat:

"Terima kasih atas partisipasi Anda. Kami memutuskan untuk memilih kandidat lain yang lebih sesuai."begitu teks kalimat yang tertera.
Arman terdiam lama. Tapi bukan email itu yang paling menyakitkan. Melainkan kabar yang ia dengar beberapa hari kemudian, dari temannya yang juga kerja di kantor tersebut.

"Man, jujur ya… dari awal udah ada nama calon yang katanya ‘dititipin’. Katanya anaknya pejabat di daerah." ucap temannya.

Ilmu Tak Lagi Jadi Tolak Ukur
Mendengar itu, dada Arman sesak. Bukan hanya karena gagal tapi karena kalah sebelum benar-benar bertanding. Ia merasa ditipu oleh sistem yang pura-pura adil. Merasa ilmunya tidak dihargai. Ia berpikir, kalau begini terus, untuk apa susah-susah kuliah dengan jujur? Namun ia tahu, itu bukan salah dirinya. Ini soal sistem. Dan sistem itu sudah terlalu lama dibiarkan membusuk.

“Saya datang dengan bekal kemampuan. Tapi nyatanya, bukan kemampuan yang dicari.”
batin Arman, 26 tahun, lulusan Teknik Informatika.

Bangkit, Bukan Menyerah
Arman tidak berlama-lama larut dalam kecewa. Ia ingat masih banyak warung dan UMKM di sekitarnya yang belum melek digital. Ia mulai dari satu: menawarkan jasa membuat sistem kasir berbasis aplikasi sederhana kepada warung tetangga. Lalu bertambah jadi dua, tiga, dan terus berkembang lewat rekomendasi mulut ke mulut.

Kini, Arman bukan lagi pencari kerja. Ia adalah penyedia kerja. Ia membuka jasa pembuatan aplikasi kecil untuk UMKM, dan merekrut dua anak muda sepertinya  yang juga pernah kalah oleh sistem.

“Mungkin saya memang tidak diterima waktu itu. Tapi saya justru diterima oleh jalan yang lebih besar. Jalan mandiri.” tandasnya penuh senyum.

Refleksi: Titipan Bisa Membuka Pintu, Tapi Tak Bisa Memberi Kemampuan
Fenomena “orang dalam” bukan cuma merugikan pencari kerja. Tapi juga menggerus kualitas institusi. Karena yang diterima bukan mereka yang mampu, tapi mereka yang ‘beruntung’ secara hubungan. Akibatnya? Kerja tak maksimal, perusahaan stagnan, dan publik yang dirugikan.

Kita butuh lebih banyak Arman bukan untuk melamar, tapi untuk membangun. Untuk mematahkan lingkaran sistem titipan, dan menunjukkan bahwa keahlian dan integritas tetap bisa menang, meski jalannya lebih panjang.

Untuk Kamu yang Sedang Berjuang
Jika kamu sedang mengalami apa yang Arman alami  terus gagal bukan karena tak mampu, tapi karena sistem tak adil  ingatlah: kamu tidak sendiri. Mungkin belum waktunya, tapi bukan berarti kamu kalah.

Terus belajar, terus jujur, dan terus cari jalanmu sendiri. Karena kadang, jalan yang kita bangun sendiri justru jauh lebih kuat.
 Spiritkita.id percaya bahwa perubahan tidak datang dari mereka yang menyerah. Tapi dari mereka yang terus melangkah walau jalannya tidak dibentangkan oleh orang dalam.

Baca Juga :  Jepang Mulai Pembayaran Upah Digital

Baca Juga : 
Ketika Pencapaian Tak Lagi Membuat Bahagia

(*)

Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Pendidikan