Floating Image
Floating Image
Sabtu, 31 Mei 2025

Pelakor dan Luka yang Tertinggal: Mengapa Memaafkan Bisa Jadi Jalan Terbaik?


Oleh Alifa Fajri
28 Mei 2025
tentang Inspiratif
Pelakor dan Luka yang Tertinggal: Mengapa Memaafkan Bisa Jadi Jalan Terbaik? - Sport Jabar

Memaafkan bukan bentuk kelemahan, tapi bentuk kekuatan hati. Meski luka itu nyata, membebaskan diri dari dendam adalah hadiah terbaik untuk diri sendiri.

319 views

SPIRITKITA.ID — Fenomena pelakor alias perebut laki orang masih menjadi momok dalam hubungan rumah tangga. Tak sedikit pasangan resmi harus hancur karena hadirnya sosok ketiga yang tak peduli status: apakah sudah menikah atau belum.

Bagi sebagian orang, kalau hanya sebatas pacaran dan ditikung, masih bisa dimaklumi. Tapi jika yang direbut adalah suami sah orang lain, tentu ini sudah sangat melukai dan melewati batas.

Meskipun dampaknya sangat menyakitkan, ada satu langkah yang meski berat bisa membuat hati lebih tenang: memaafkan.

Kenapa Harus Memaafkan?

Menurut artikel dari Psychology Today, ada tiga manfaat besar ketika seseorang memilih untuk memaafkan pelaku perselingkuhan:

1. Membantu memahami situasi secara objektif.
Memaafkan membuka ruang untuk melihat alasan dan dinamika hubungan yang sebenarnya, tanpa diliputi emosi.

2. Mengurangi beban emosi negatif.
Rasa marah, dendam, atau benci bisa terkikis dengan munculnya empati, meskipun kecil.

3. Melepaskan keinginan balas dendam.
Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi ini tentang menyelamatkan diri sendiri dari siklus sakit hati yang terus berulang.

Rasa Bersalah yang Tak Pernah Hilang

Meskipun pelakor jarang secara terang-terangan minta maaf, rasa bersalah akan terus menggerogoti hati mereka. Kehidupan yang terlihat glamor bisa jadi penuh kegelisahan karena mereka tahu telah menghancurkan ikatan suci orang lain. Dan hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah bukanlah sesuatu yang membahagiakan.

“Jangan Bangga Jadi Pelakor” — Pesan dari Amelia

Amelia, perempuan kelahiran 1999, menyampaikan pandangan tegas tentang fenomena pelakor:

“Kehidupan memang sudah ditakdirkan Tuhan, tapi apakah Tuhan mentakdirkan kita jadi pelakor? Kan enggak. Dunia ini belum kehabisan laki-laki, kenapa harus rebut punya orang?” katanya kepada Redaksi.

Menurut Amel, sapaan akrabnya, maraknya pelakor tak lepas dari dua faktor utama:

1. Respons pria yang memberi ruang.
“Kalau cowoknya cuek, enggak akan berani. Tapi kalau dia ngasih sinyal, pelakor makin pede.”

2. Faktor ekonomi.
“Kadang pelakor juga tergiur karena kondisi finansial si pria. Tapi itu bukan alasan membenarkan tindakan mereka,” tambahnya.

Amel mengingatkan bahwa kehidupan berputar. “Hari ini menyakiti, suatu saat akan disakiti. Karma itu nyata. Jadi berhentilah sebelum semuanya terlambat.”

Redaksi : 
Memaafkan bukan bentuk kelemahan, tapi bentuk kekuatan hati. Meski luka itu nyata, membebaskan diri dari dendam adalah hadiah terbaik untuk diri sendiri.

Baca Juga : 
Pak Pos, Sang Pembawa Cinta dan Harapan di Era 80–90an: Kisah LDR Lewat Surat yang Tak Terlupakan

Baca Juga : 
Kisah Wanita Malam di Bulan Puasa: Menginspirasi Kita untuk Berbagi


Penulis

Alifa Fajri

Berita Lainnya dari Inspiratif

  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Begini Nih Jadinya Jika Pacaran Tanpa Batas
  • Oleh: Restu Nugraha
  • 23 September 2024
Calvin Verdonk Berharap Segera Bertemu Sang Ayah