Memaafkan bukan bentuk kelemahan, tapi bentuk kekuatan hati. Meski luka itu nyata, membebaskan diri dari dendam adalah hadiah terbaik untuk diri sendiri.
SPIRITKITA.ID — Fenomena pelakor alias perebut laki orang masih menjadi momok dalam hubungan rumah tangga. Tak sedikit pasangan resmi harus hancur karena hadirnya sosok ketiga yang tak peduli status: apakah sudah menikah atau belum.
Bagi sebagian orang, kalau hanya sebatas pacaran dan ditikung, masih bisa dimaklumi. Tapi jika yang direbut adalah suami sah orang lain, tentu ini sudah sangat melukai dan melewati batas.
Meskipun dampaknya sangat menyakitkan, ada satu langkah yang meski berat bisa membuat hati lebih tenang: memaafkan.
Kenapa Harus Memaafkan?
Menurut artikel dari Psychology Today, ada tiga manfaat besar ketika seseorang memilih untuk memaafkan pelaku perselingkuhan:
1. Membantu memahami situasi secara objektif.
Memaafkan membuka ruang untuk melihat alasan dan dinamika hubungan yang sebenarnya, tanpa diliputi emosi.
2. Mengurangi beban emosi negatif.
Rasa marah, dendam, atau benci bisa terkikis dengan munculnya empati, meskipun kecil.
3. Melepaskan keinginan balas dendam.
Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi ini tentang menyelamatkan diri sendiri dari siklus sakit hati yang terus berulang.
Rasa Bersalah yang Tak Pernah Hilang
Meskipun pelakor jarang secara terang-terangan minta maaf, rasa bersalah akan terus menggerogoti hati mereka. Kehidupan yang terlihat glamor bisa jadi penuh kegelisahan karena mereka tahu telah menghancurkan ikatan suci orang lain. Dan hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah bukanlah sesuatu yang membahagiakan.
“Jangan Bangga Jadi Pelakor” — Pesan dari Amelia
Amelia, perempuan kelahiran 1999, menyampaikan pandangan tegas tentang fenomena pelakor:
“Kehidupan memang sudah ditakdirkan Tuhan, tapi apakah Tuhan mentakdirkan kita jadi pelakor? Kan enggak. Dunia ini belum kehabisan laki-laki, kenapa harus rebut punya orang?” katanya kepada Redaksi.
Menurut Amel, sapaan akrabnya, maraknya pelakor tak lepas dari dua faktor utama:
1. Respons pria yang memberi ruang.
“Kalau cowoknya cuek, enggak akan berani. Tapi kalau dia ngasih sinyal, pelakor makin pede.”
2. Faktor ekonomi.
“Kadang pelakor juga tergiur karena kondisi finansial si pria. Tapi itu bukan alasan membenarkan tindakan mereka,” tambahnya.
Amel mengingatkan bahwa kehidupan berputar. “Hari ini menyakiti, suatu saat akan disakiti. Karma itu nyata. Jadi berhentilah sebelum semuanya terlambat.”