SPIRITKITA.ID - Seorang muslim hidup di tengah-tengah non muslim, adalah suatu tantangan. Salah satu tantangan itu adalah dalam hal makanan halal. Muslim sangat diharamkan makanan yang mengandung daging babi.
Nah, agar dapat menghindari makanan yang mengandung babi, berikut tipsnya :
1. Perkuat Pemahaman dan Niat
Ingat kembali alasan mengapa daging babi diharamkan dalam Islam, baik dari sisi agama maupun kesehatan. Niatkan untuk tetap berpegang teguh pada ajaran agama, bukan hanya karena aturan, tetapi juga karena keyakinan pribadi.
2. Kenali Bentuk dan Olahan Makanan yang Mengandung Babi
Pelajari berbagai nama olahan daging babi dalam bahasa setempat, misalnya pork, bacon, ham, lard, prosciutto, pepperoni, dll. Waspadai makanan yang tidak terlihat seperti daging babi tetapi bisa mengandung unsur babi, seperti saus atau kaldu tertentu.
3. Cari Alternatif Makanan yang Halal dan Menggugah Selera
Jika tergoda oleh tampilan makanan non-halal, cari versi halal yang serupa. Misalnya, ada banyak daging sapi atau ayam yang diolah dengan rasa mirip bacon atau ham. Biasakan membawa bekal atau mencari restoran halal di sekitar tempat tinggal.
4. Bersosialisasi dengan Bijak
Jika sering makan bersama teman non-Muslim, beri tahu mereka tentang batasan makananmu dengan cara yang sopan. Ajak mereka mencoba makanan halal agar mereka juga paham dan bisa mendukung pilihanmu.
5. Kuatkan Kebiasaan dan Kendalikan Nafsu Makan
Biasakan membaca label makanan sebelum membeli. Jika aroma atau tampilan makanan non-halal menggoda, alihkan perhatian dengan mengingat alasan mengapa harus menghindarinya.
6. Cari Dukungan Komunitas Muslim
Bergabung dengan komunitas Muslim di daerahmu agar lebih mudah berbagi informasi soal makanan halal. Bisa juga mengikuti akun media sosial yang sering berbagi informasi makanan halal di lingkungan sekitar.
Antara Godaan dan Keimanan
Sebagai reverensi sekaligus jawaban dalam menyikapi tantangan tersebut, Redaksi akan menyajikan kisah seorang mahasiswa bernama Ali, yang harus berjuang menghadapi godaan makanan haram di negeri orang tepatnya di Eropa.
Tak dipungkiri hidup di lingkungan mayoritas non-Muslim bisa menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Muslim, terutama dalam menjaga makanan yang halal. Aroma masakan yang menggoda, tampilan yang menggiurkan, hingga ajakan teman bisa menjadi ujian yang cukup berat. Namun, di sinilah kekuatan iman seorang muslim di uji sanggupkah menghadapinya ? dan bagaimana caranya tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama tanpa merasa terasing?
Jauh dari pikirannya, Ali tidak pernah membayangkan bahwa memilih makanan bisa menjadi ujian terberatnya. Sejak kecil, ia tumbuh dalam keluarga yang taat, di mana makanan yang masuk ke dalam tubuhnya selalu dipastikan halal. Namun, sejak ia mendapatkan beasiswa ke sebuah universitas di luar negeri, semuanya berubah.
Hari pertama di kantin kampus, Ali mengantre dengan penuh semangat. Namun, saat tiba di depan prasmanan, ia tertegun. Hampir semua menu yang tersedia mengandung daging babi. Ia menyaksikan, bacon di atas salad, ham dalam sandwich, bahkan supnya pun menggunakan kaldu babi. Di tengah kebingungannya, seorang mahasiswa lokal bernama Jake menyapanya.
"Hey, Ali! Sudah ambil makanan? Kamu harus coba sandwich ini, enak banget!" katanya sambil menyodorkan sebuah sandwich yang tampak lezat.
Mendengar tawaran temannya itu, Ali tersenyum canggung. Ia ragu-ragu untuk menolak, takut dianggap tidak sopan.
"Eh… sepertinya aku cari yang lain dulu deh," jawab Ali hati-hati. Namun Jake malah menawarkan makanan lain.
"Oh, kamu nggak suka ham? Coba ini, ayamnya enak kok," Jake menawarkan.
Ali melihat label kecil di meja makanan. Chicken ham. Ia menghela napas. Lalu, Ali mendekati Jake dan memberitahu kalau dirinya seorang muslim yang dilarang makanan yang mengandung daging babi.
"Maaf, Jake. Aku Muslim, jadi aku hanya makan makanan halal," katanya dengan lembut.
Mendengar itu, Jake mengangguk mengerti. "Oh, I see. No worries, bro! Aku bisa bantu kamu cari makanan yang cocok buat kamu kalau mau." ujarnya.
Ali tersenyum lega. Ia baru saja belajar satu hal penting: jika kita menjelaskan dengan baik, orang lain akan lebih menghargai pilihan kita.
Waktu pun terus berjalan. Pada suatu hari, Ali diundang ke pesta ulang tahun seorang teman di apartemen. Begitu masuk, aroma barbeque yang menggoda langsung menyambutnya. Ia melihat meja penuh dengan berbagai macam hidangan. Burger, sosis, steak… semuanya tampak lezat. Perutnya pun makin berontak lantaran sejak siang ia belum makan.
"Ali, ayo ambil makananmu!" seru seorang teman.
Ali melangkah ke meja makanan, berusaha mencari sesuatu yang bisa dimakan. Lalu, ia melihat burger yang tampak menggoda. Ia hampir saja mengambilnya ketika tiba-tiba ia teringat suara ibunya sebelum ia berangkat ke luar negeri.
"Nak, kalau kamu menjaga Allah, Allah akan menjaga kamu. Jangan biarkan rasa lapar membuatmu lupa pada prinsipmu." kata ibunya saat akan berangkat.
Ali menutup matanya sejenak. Ia menarik napas dalam, lalu melihat sekeliling.
"Ini daging apa?" tanyanya pada tuan rumah.
"Pork. Tapi kalau kamu nggak makan babi, ada ayam di sebelah sana," jawabnya santai.
Ali tersenyum lega. Ia mengambil ayam dan beberapa sayur, lalu bergabung dengan teman-temannya.